16

1.5K 150 36
                                    

Seminggu lagi ulang tahun Mina akan tiba. Hal itu menyebabkan Jeongyeon harus mempersiapkan kejutan untuk sang isteri. Ia tentunya tidak ingin ulang tahun pertama Mina setelah bersamanya kini hanya biasa-biasa saja. Dan mengingat dirinya buruk dalam merencanakan sebuah kejutan ulang tahun, jadi ia harus meminta pertolongan orang lain. Dan orang pertama yang muncul di otaknya adalah Nayeon.

Semenjak pernikahannya bersama Mina, Jeongyeon tak lagi bertemu ataupun bertukar pesan dengan Nayeon. Rindunya pada Nayeon pastinya sudah sangat membuncah. Setelah selesai ia melaksanakan penerbangannya hari ini, Jeongyeon memustuskan untuk mengunjungi apartemen Nayeon terlebih dahulu sebelum pulang.

"Kau ingin langsung pulang, Capt?" tanya Sana saat mereka sedang mengambil tas masing-masing.

"Iya, aku ada keperluan penting." jawab Jeongyeon sambil matanya terfokus pada layar ponselnya. Ia mengirim pesan pada Mina bahwa dirinya hari ini akan pulang telat. Ia tentunya tidak memberitahu Mina tentang rencananya untuk mengunjungi apartemen Nayeon hari ini.

"Aku jadi ingat kau selalu ditunggu oleh seorang wanita setiap kau selesai melakukan penerbangan, Capt. Sekarang, semenjak kau menikah, wanita itu tidak pernah datang lagi." ucap Sana, merujuk pada Nayeon.

Jeongyeon menatap Sana, lalu tertawa kecil, tepatnya tertawa miris. "Aku sudah menikah. Dia pun sudah ingin menikah. Hal itu tidak akan pernah terjadi lagi sampai kapanpun," Jeongyeon mengambil tasnya dan langsung bersiap pergi. "Sudah ya, aku duluan. Kau selamat berkencan dengan Jihyo!"

"Yak! Kau tau dari mana aku ada kencan dengan Jihyo, Capt?!" ucap Sana yang terkejut Jeongyeon bisa tau rencana kencannya bersama Jihyo karena ia meminta Jihyo untuk merahasiakan hubungan mereka dari orang lain.

"Makanya, kalau ingin bermesraan, jangan di toilet pesawat!" ledek Jeongyeon kemudian tertawa puas saat melihat wajah Sana memerah karena malu. Jeongyeon pun langsung melangkah cepat menuju mobilnya.

"Aish! Apa yang lainnya juga tau?" batin Sana yang kini berusaha menutupi rasa malunya.

***

Jeongyeon mengendarai mobilnya dengan tenang menuju apartemen Nayeon. Perasaannya kini sudah lebih tenang karena ia sudah mencoba ikhlas dengan takdirnya bersama Nayeon yang tidak bisa bersatu. Ia juga akan memberitahu Nayeon bahwa dirinya kini sudah mulai mencintai Mina, sehingga Nayeon tidak perlu merasa khawatir atau canggung lagi di depannya. Jeongyeon ingin hubungan persahabatannya bersama Nayeon bisa seperti dulu lagi.

Jeongyeon keluar dari mobilnya dengan mantap. Tangannya kini menggenggam sebuah plastik berisi kue cokelat kesukaan Nayeon. Ia melangkah dengan mantap menuju lantai apartemen Nayeon. Dan saat ia sudah di depan pintu, Jeongyeon mengambil napas panjang sebelum mengetuk pintu tersebut.

Pintu terbuka. Menampakkan Nayeon yang menggunakan pakaian rumahan dengan rambut dicepol asal dan sebuah kacamata bertengger di wajahnya. Sepertinya, Nayeon sedang sibuk mengerjakan tugas kerjanya.

"J-Jeongyeon?!" Nayeon terkejut saat melihat siapa sosok yang datang ke apartemennya saat ini. Orang yang tidak pernah ia duga akan datang saat ini telah berdiri di hadapannya.

"Hai, Nayeon. Apa aku mengganggumu?" ucap Jeongyeon dengan senyuman manisnya.

"T-tidak. Aku hanya sedang mengecek data klinik. A-ada apa, Jeong?"

"Apa kau akan membiarkan kita mengobrol di sini?" sindir Jeongyeon dengan sebuah tawa kecil. Nayeon pun sadar bahwa dirinya bahkan belum mengajak Jeongyeon untuk masuk ke dalam.

"Ah, i-iya, maafkan aku. Ayo masuk, Jeong. Maaf berantakan." Nayeon masuk terlebih dahulu. Ia langsung membereskan asal tumpukan kertas-kertas yang berada di meja ruang tamu.

The Story of Us [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang