17

1.2K 142 21
                                    

Pagi ini, suasana di apartemen Jeongyeon sangatlah dingin. Tak ada kehangatan di dalamnya. Mina yang bangun lebih awal langsung melaksanakan tugasnya untuk menyiapkan paerlengkapan kerja Jeongyeon dan sarapan untuk mereka. Jeongyeon pun yang tadi terbangun dengan rasa sakit di kepalanya akibat mabuk langsung pergi untuk mandi. Sekarang, keduanya menyantap sarapan mereka dalam diam.

Suara dentingan sendok garpu yang beradu dengan piring menjadi suara yang mengisi ruang makan apartemen Jeongyeon pagi ini. Jeongyeon dan Mina yang saling berhadapan hanya diam menunduk menyantap makanan masing-masing. Mina, ia tentunya sedang menahan kesedihannya akibat insiden semalam. Ia tidak mau menatap Jeongyeon karena ia takut sewaktu-waktu air matanya yang mati-matian ia tahan akan keluar lagi. 

"Mina.." panggil Jeongyeon setelah dirinya selesai memakan sarapannya dan Mina belum.

"Hm?" Mina hanya berdehem menjawab Jeongyeon, ia bahkan tidak mengangkat wajahnya untuk menatap suaminya itu. Pemandangan nasi goreng yang tinggal setengah lagi di piringnya sepertinya lebih menarik daripada pemandangan Jeongyeon di hadapannya.

"Mina, aku minta maaf soal semalam." ucap Jeongyeon, terdengar nada sangat bersalah di dalamnya.

"Kau tidak perlu meminta maaf, Oppa." jawab Mina, masih menunduk.

"Mina, apa yang terjadi semalam? Maaf, aku benar-benar tidak mengingatnya. Aku minta maaf padamu karena aku pulang dalam keadaan mabuk. Mina, apa aku menyakitimu semalam?" kini tangan Jeongyeon menarik satu tangan Mina dan menggenggamnya lembut.

Mina akhirnya memberanikan diri untuk menatap Jeongyeon. Dalam tatapan Mina, terpancar rasa sakit dan kecewa yang amat sangat. Dengan perlahan, ia melepaskan genggaman Jeongyeon di tangannya. "Tidak, Oppa. Aku hanya kaget kau pulang dalam keadaan mabuk semalam. Kau memang sedikit kasar padaku saat semalam kita berhubungan intim. Namun selebihnya, kau tidak menyakitiku. Dan aku tidak apa-apa." bohong Mina. Itu adalah kebohongan terbesar yang diucapkan oleh Mina.

Jeongyeon menatap Mina dengan tatapan penuh penyesalan. Rasanya ia tidak ingin pergi bekerja hari ini dan memilih untuk menebus kesalahannya pada Mina. Namun, tuntutan pekerjaan tetaplah harus dilaksanakan. Dengan sangat terpaksa, akhirnya Jeongyeon pamit untuk bekerja. Tak lupa, ia mengucapkan kata maaf lagi pada Mina sambil mencium kening sang isteri.

Sekarang, disinilah Mina, duduk menatap nasi goreng di piringnya yang sudah tidak menarik lagi baginya. Tatapannya kosong. Pikirannya berkecamuk ditambah dengan rasa sakit di hatinya yang semakin menggebu-gebu. Setetes air mata yang sejak tadi mati-matian Mina tahan akhirnya berhasil keluar dari persembunyiannya. Mina menangis dalam diam.

Setelah cukup lama menangis, Mina bangkit dari kursinya dan berjalan menuju kamarnya bersama Jeongyeon. Ia menghampiri sebuah laci kecil di samping lemari pakaian Jeongyeon. Selama ini, Jeongyeon melarangnya untuk membuka laci tersebut, dan Mina menurutinya. Namun sekarang, ia terpaksa melanggar perintah sang suami karena dirinya tidak tahan lagi. Ia harus berusaha mencari tau kebenaran yang tertutupi selama ini.

Mina membuka laci itu dengan perlahan, dan kini terpampanglah isi dari laci tersebut. Sebuah album foto dan sebuah buku kecil terdapat di dalamnya. Mina mengambil kedua benda tersebut kemudian dirinya duduk di lantai sambil bersandar pada laci tersebut. Mina mengusap kedua benda tersebut untuk menyingkirkan sedikit debu yang menyelimutinya. Ia kemudian memilih membuka album foto terlebih dahulu.

Album foto itu ternyata berisi kenangan-kenangan persahabatan antara Nayeon, Jeongyeon, dan juga Mina. Di halaman pertama, Mina dapat melihat sebuah foto pohon yang di batangnya telah terukir nama ketiga sahabat itu. Dan di setiap foto, terdapat sebuah catatan kecil yang dibuat oleh Jeongyeon.

Foto pertama: Pohon persahabatan Nayeon, Jeongyeon, dan Mina
Catatan: Ini adalah pohon yang menjadi saksi bisu perjanjian dan persahabatan kami. Kata Nayeon, kita tidak boleh mencintai satu sama lain.

The Story of Us [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang