"Dokter Nayeon, pasien terakhirmu nanti pukul tiga sore."
"Baik, terimakasih, Yeri."
Nayeon menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi kerjanya. Sekarang baru pukul 2. Itu berarti, masih ada jeda waktu 1 jam sampai jadwal terakhir Nayeon dengan pasiennya hari ini.
2 minggu setelah pernikahan Jeongyeon dan Mina, tidak ada komunikasi sedikitpun lagi antara Nayeon dan Jeongyeon. Dan hal itu membuat Nayeon hampir gila. Bagaimana tidak? Dulu, hampir setiap hari ia berkomunikasi dengan Jeongyeon, bahkan setiap Jeongyeon di Korea, mereka akan selalu bertemu. Tapi sekarang, untuk sekedar bertanya kabar pun tidak.
Nayeon tentunya sangat merindukan sahabatnya itu.
Mata Nayeon kini terfokus pada sebuah bingkai foto yang membingkai indah potret kenangannya bersama Jeongyeon dulu. Di meja kerjanya, ada 3 bingkai foto. Yang pertama, adalah foto dirinya dan keluarganya. Yang kedua, foto dirinya, Jeongyeon, dan Mina semasa kecil. Dan yang terakhir, foto dirinya bersama Jeongyeon di hari kelulusan SMA. Di foto tersebut, Jeongyeon merangkul Nayeon sambil mengecup pipi kanan Nayeon, dan Nayeon terlihat sedang tersenyum bahagia dengan menunjukkan gummy smile-nya.
Tangan Nayeon meraih foto dirinya dan Jeongyeon. Jari-jarinya mengusap lembut kaca bingkai tersebut, mengusap ke potret wajah yang ada di foto tersebut. Memori dalam ingatannya seperti berputar kembali pada saat dirinya dan Jeongyeon dulu masih duduk di bangku SMA.
"Jeongyeon, huaaa.."
"Ada apa, Nayeon?! Kenapa kau menangis? Ada yang berbuat jahat padamu?!" Jeongyeon terlihat sangat panik saat Nayeon tiba-tiba menghampirinya ke lapangan basket sambil menangis. Saat ini, Jeongyeon sedang melakukan latihan basket bersama tim-nya. Melihat Nayeon menangis, Jeongyeon tidak pikir panjang langsung berlari menghampiri Nayeon, membuat rekan tim-nya menatap heran.
"Hiks.. tadi ada segerombolan laki-laki dari sekolah lain meledekku. Mereka bilang gigiku besar seperti kelinci. Dan mereka bilang aku jelek. Huaaa.." tangisan Nayeon semakin kencang, membuat orang-orang yang ada di lapangan tersebut menatap heran.
Tak ingin orang-orang menjadi salah paham, Jeongyeon langsung menarik tangan Nayeon dan membawanya ke salah satu bangku penonton. Jeongyeon mendudukkan Nayeon dan dirinya kini berlutut di depan Nayeon.
"Apa kau tau siapa wanita tercantik di dunia ini menurutku?" tanya Jeongyeon dengan lembut. Nayeon hanya menggeleng sambil cemberut.
"Apa kau mau tau siapa orangnya?" tanya Jeongyeon lagi. Kali ini Nayeon mengangguk dengan ekspresi wajah yang sangat imut. Kalau tidak sedang menangis, Jeongyeon rasanya ingin mencubit pipi chubby Nayeon itu kuat-kuat.
"Bagiku, wanita tercantik di muka bumi ini yang pertama adalah ibuku. Dan yang kedua, adalah wanita yang saat ini sedang duduk di hadapanku." ucap Jeongyeon dengan tulus sambil menunjukkan senyum manis nan meneduhkan itu.
"Bohong!" Nayeon masih cemberut dan belum percaya dengan ucapan sahabatnya itu.
"Aku tidak berbohong, Nabong. Coba, sekarang tunjukkan gigi kelincimu itu padaku."
"Tidak mau!"
"Nabong.."
"Tidak mau, Jeongyeon!" Nayeon menggeleng kuat sambil mengatupkan bibirnya kuat-kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Us [✓]
FanfictionNaJeongMi Fanfiction Kisah persahabatan 3 anak manusia yang diuji dengan sebuah rasa bernama cinta. Akankah perasaan cinta yang timbul di antara mereka membuat hubungan mereka kuat? Atau justru, menghancurkan hubungan persahabatan itu sendiri? Gende...