Warning! Ada beberapa kata-kata kasar dan adegan kekerasan di chapter ini.
***
"NAYEON!"
Jeongyeon yang baru tiba di apartemennya langsung berteriak mencari keberadaan Nayeon. Tubunya serasa lemas saat ini saat melihat keadaan apartemennya telah sangat berantakan. Barang-barangnya berserakan di lantai. Tak ada yang sesuai dengan tempatnya. Dengan keringat yang terus mengucur dari pilipisnya, Jeongyeon berlari menuju kamarnya. Dan tak berbeda dengan keadaan ruang tamunya, kamar tidurnya juga sangat berantakan. Baju-baju yang berada di lemari telah keluar dari tempatnya.
Jeongyeon mencoba memeriksa seluruh sudut ruangan apartemennya untuk mengecek keberadaan Nayeon dan Mina. Namun, menemukan jejaknya saja pun tidak. Jeongyeon kembali ke kamarnya. Ia terduduk lemas di kasur. Yang ada di pikirannya saat ini adalah langsung menghubungi Momo, karena ia pikir Momo tau keberadaan Mina dan dia bisa membantunya. Saat Jeongyeon menunggu panggilannya tersambung, mata Jeongyeon menangkap sesuatu yang aneh dari sebuah laci di samping lemarinya. Laci yang selama ini tidak pernah ia buka dan ia juga melarang Mina membukanya kini telah terbuka dan isinya yang berupa album foto serta buku diarynya tergeletak di lantai. Jeongyeon melepaskan ponselnya begitu saja. Ia kini berlutut untuk mengambil kedua benda dari lacinya tersebut. Kini, Jeongyeon mengambil sebuah kalung liontin yang keluar dari buku kecilnya tersebut.
Saat Jeongyeon sedang mencoba membereskan barangnya tersebut, tiba-tiba..
BRAK!
Seketika Jeongyeon terjatuh dan pandangannya memudar setelah sebuah benda keras dengan kencangnya memukul pundaknya.
***
"Hey! Cepat bangun!"
Jeongyeon perlahan membuka matanya. Saat ia tersadar, rasa sakit di tubuhnya yang pertama kali menyambutnya. Sekujur tubuhnya merasakan nyeri yang amat sangat. Jeongyeon meringis. Ia berusaha untuk bergerak, namun apa daya, kedua kaki dan tangannya terikat, dan tubuhnya juga terikat di sebuah kursi. Jeongyeon tidak bisa bergerak sama sekali.
BUK!
"Cepat bangun! Jangan sok lemah seperti itu!"
Sebuah pukulan keras melayang ke wajah Jeongyeon, membuat sudut bibir Jeongyeon mengeluarkan darah. Jeongyeon akhirnya kini menyadari bahwa dirinya berada di sebuah gedung tua bekas pembangunan yang tidak selesai. Di hadapannya kini berdiri 2 laki-laki yang memakai sebuah topeng. Jeongyeon benar-benar tidak bisa menebak siapahkan orang-orang tersebut.
Salah seorang pria di hadapan Jeongyeon kini mendekati wajah Jeongyeon sambil menjambak rambut Jeongyeon dengan sangat kasar. Ia menepuk-nepuk pipi Jeongyeon sambil berucap, "Bos kami akan datang sebentar lagi. Dan kau akan segera menjemput ajalmu, anak muda." pria itu kemudian melepaskan jambakannya dengan sangat kasar.
Jeongyeon hanya bisa diam. Tubuhnya benar-benar sakit. Seragam pilot kebanggannya kini sudah dipenuhi bercak darahnya sendiri. Darah mengalir dari pelipisnya, sudut bibirnya, juga dari hidungnya. Sepertinya, selama ia tidak sadar tadi, dirinya telah dihajar habis-habisan oleh kedua pria tak dikenal tersebut.
Jeongyeon hanya bisa terdiam dan berdoa dalam hatinya agar keadaan Nayeon dan Mina baik-baik saja. Dan tak lama kemudian, doanya seperti terjawab. Sebuah mobil datang dan berhenti tepat di dalam gedung tersebut. Seorang pria yang memakai topeng keluar dari bangku pengemudi dan memberi perintah pada kedua pria yang berada di hadapan Jeongyeon untuk mengeluarkan seseorang yang ditutupi wajahnya di bangku penumpang belakang.
Jeongyeon benar-benar cemas. Ia tidak bisa melihat wajah atau mendengar suara orang tersebut karena wajahnya ditutupi dan mulutnya juga ditutupi oleh lakban. Kedua pria suruhan tersebut mengangkat paksa orang yang Jeongyeon tau itu adalah wanita. Wanita itu diduduki di sebuah kursi dan diikat juga tubuhnya ke kursi, sama seperti Jeongyeon. Dan saat penutup wajahnya dibuka, betapa terkejutnya Jeongyeon saat melihat siapa sosok tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Us [✓]
FanfictionNaJeongMi Fanfiction Kisah persahabatan 3 anak manusia yang diuji dengan sebuah rasa bernama cinta. Akankah perasaan cinta yang timbul di antara mereka membuat hubungan mereka kuat? Atau justru, menghancurkan hubungan persahabatan itu sendiri? Gende...