Hari minggu ini Mark lebih memilih untuk nikmatinya dengan seproduktif mungkin, tadi pagi dia udah nganterin ibu ke pasar sekarang waktunya dia untuk menikmati liburannya. Seperti sekarang dia sedang berada di depan laptop, memainkan game dengan serius.
Line!
Hp yang ada disebalah laptopnya berbunyi, tanda ada pesan masuk. Mark mengabaikan suara notifikasi itu.
Line!
Line!
Line!Mark melepas headsetnya dengan kasar. Kesal kepada orang yang mengspam pesan kepadanya saat sedang asik main game.
Belum sempat Mark mengambil hpnya, lagi-lagi hp itu kembali berbunyi. Bedanya kali ini adalah sebuah panggilan.
Mark mengambil hpnya dengan cepat, sudah siap memahari orang yang ia yakini adalah orang sama yang mengiriminya pesan.
Tapi kemudian Mark menghentikan jarinya sebelum mengangkat panggilan.
Di layar hpnya itu terdapat sebuah nama yang membuat ia terdiam beberapa detik.
Yerim 🐢
Ia menarik nafas pelan sebelum akhirnya menjawab panggilan itu.
"Hallo?"
"Oi kemana aja si lo di chat nggak bales-bales dari tadi,"
Mark memutar bola matanya, menyayangkan kenapa dia harus gugup karena ternyata yang berbicara dengannya dengan hp Yeri adalah Sanha.
"Anjir, ngapain lo telpon gue pake hp orang?"
"Hp gue di charger, ogeb."
"Kenapa? udah kesenengan dikira Yeri yang nelpon?"
"Kenapa?"
Mark memilih tak menanggapi pertanyaan Sanha.
"Kenapa apanya?"
"Kenapa nelpon gue??"
"Herin kenapa sih? dari tadi nggak bisa dihubungi, padahal kelas lagi ribet dekor buat festival besok, desain dekor yang fix dibawa dia."
"Herin? Dia dari tadi malem demam, kayaknya hp dia juga mati deh."
"Hah Herin demam? Bentar deh bentar"
Mark dapat mendengar suara Sanha memberitahu yang lain tentang keadaan Herin disebrang sana. Sambil menunggu Sanha kembali bicara padanya, Mark memainkan lagi game yang sempat ia pause.
Sampai kemudian ada sebuah suara cewek dari sebrang telepon yang membuat Mark langsung duduk tegak dikursinya.
"Hallo Mark,"
Suara Yeri.
"Oh... Ah iya hallo,"
"Ini gue Yeri."
"Herin nggak kenapa-kenapa kan?"
"Nggak kok, kata dokter cuma kecapekan."
"Syukur deh, dia yang paling semangat buat festival padahal."
"Anaknya emang terlalu bersemangat gitu jadi nggak mikirin kondisi badan."
"Ehm Mark, boleh minta tolong?"
"Apa?"
"Ah nggak deh nggak jadi, titip salam aja ya buat Herin kalau udah bangun. Bilangin jangan khawatirin kelas, pulihin dulu kondisinya. Cepat sembuh."
"Oke nanti gue sampaiin."
"Makasih Mark."
Mark menurunkan hp dari telinganya, tak berniat memutus telepon lebih dulu dan lebih memilih menunggu Yeri mematikan duluan.
Tutt
Saat panggilan benar-benar terputus Mark baru meletakkan hpnya dimeja, menyenderkan badannya ke senderan kursi dan tersenyum kecil.
Gila oi dia baru aja teleponan sama Yeri.
Dia harus berterimakasih pada hp Sanha yang lagi di charger. Coba kalau hp Sanha baterainya full, pasti Sanha akan telpon pake hpnya, dan kesempatan dia buat ngomong sama Yeri kayak tadi sangat kecil.
"Mark tolong anterin desain dekor kelas gue dong. Bisa? "
Terdengar suara Herin dari arah pintu.
Mark menoleh kearah Herin, didapatinya Herin yang tengah berdiri bersandar dengan wajah pucat.
"Mark bisa nggak?" tanya Herin memastikan lagi, karena dari tadi Mark hanya diam menatapnya. "gue bawa desain dekor kelas dan lupa ngabarin anak kelas kalau gue sakit dan ngga bisa dateng, pasti mereka butuh banget nih. "
"Oh iya, bisa-bisa. Barusan Ye..... Sanha telepon gue nanyain lo."
"Kok nggak dikasih ke gue?"
"Gue pikir lo tidur. Ya udah mana desainnya gue anterin, lo balik kamar aja istirahat biar cepet sembuh. "
"Kok tumben baik?"
"Yaudah nggak mau dibantu nih?"
"Ih jangan gitu, mau lah." Herin menyerahkan sebuah sketch book ke tangan Mark, "nih, tolong anterin ya."
"Hm, udah sana balik."
"Sip, makasih mark baik."
Herin kembali ke kamarnya. Mark kemudian berganti baju untuk pergi mengantar sketch book yang berisi desain dekorasi itu ke sekolah.
Ia mengambil kunci motor dan berjalan ke garasi, tapi sebelumnya dia berhenti di dapur dan pamit dengan ibu yang sedang berada disana.
"Pamit ya buk, mau ke sekolah dulu nganterin buku ini ke kelasnya Herin." ucap Mark sambil salim dengan ibu.
Ibu hanya mengangguk dan menyuruhnya untuk berhati-hati dijalan.
Mark pergi dengan tersenyum dan berpikir. Pasti tadi Yeri ingin minta tolong untuk mengantarkan desain dekor juga, tapi tidak enak untuk minta karena mereka tidak akrab.
Aduh kenapa sih kalau Mark pikir-pikir lagi Yeri tu lucu banget?
