MUARA 7

9.7K 1.1K 26
                                    

KAHYANG

Aku percaya Keanu-ku tidak bodoh. Dia pintar, banget malahan. Hanya saja dia itu terlalu bandel hingga tidak pernah menyelesaikan sekolah dan kuliahnya.

Ketika Keanu bilang dia ingin ikut tes online untuk bekerja di kapal pesiar tersebut, aku tidak pernah melihat dia belajar. Dia hanya fokus menyusun ulang gumpla-gumplanya yang sengaja ia bongkar dari awal.

Teman-temanku yang pernah satu sekolah atau satu kelas dengan Keanu dulu menyebut Keanu itu adalah rajanya Matematika dan Bahasa Inggris. Tanpa perlu mencatat pelajaran, dia sudah bisa menjawab semua pertanyaan guru di depan kelas.

Keanuku itu orang yang hebat.

"Kamu jangan marah ya kalau misalnya aku nggak lolos nanti," ujar Keanu saat kami sedang duduk bersantai di ruang tv.

"Kenapa aku harus marah?" Aku menoleh padanya.

"Yah, kamu kecewa karena pekerjaanku cuma ini-ini saja. Impianku buat bawa kamu ke luar negeri jadi nggak kesampaian."

Aku tertawa renyah, lalu mencubit pipinya. "Nggak perlu ke luar negeri. Di dalam rumah seharian sama kamu saja aku betah. Asal ada kamu, Nu."

Keanu menarik kepalaku dan mendaratkan ciuman di keningku. Berada di dekapan Keanu memang hangat.

"Semoga kamu dan junior di dalam perut baik-baik saja, Yang. Aku khawatir setiap kamu bekerja terus kamu merasa kecapean."

"Aku baik-baik saja sayang. Istri dan anakmu ini manusia yang kuat."

"Percaya kok, percaya."

"Heheheh."

***

Aku menyukai pekerjaanku yang super sibuk. Aku suka bertemu dengan nasabah yang berbeda dengan masalah yang berbeda pula setiap harinya.

Teman-teman di tempatku bekerja juga asyik, hanya saja terkadang kami jarang ngobrol di tempat kerja saking sibuknya.

"Sudah makan, Kay?" Namanya Ray, dia temanku di waktu kuliah. Nggak sangka sama sekali kalau kami kembali bertemu di tempat kerja. Hubungan aku dan Ray saat kuliah dulu biasa saja, kami tidak berteman akrab, hanya saling melempar senyum setiap kali berpapasan.

"Belum nih."

"Loh, kenapa? Bukannya ini waktu kamu istirahat?" Ray melihat jam di pergelangan tangannya. "Udah jam dua lewat loh, Kay."

"Lagi nggak laper." Aku mendengus sambil mengusap perutku.

"Harus makan. Nanti kamu dan dedek di dalam perutmu sakit."

Aku akhirnya bangkit dari kursi dan mengikuti ajakan Ray. Kami makan di salah satu restoran ayam yang enak tapi harga terjangkau.

"Aku dan suamiku suka makan di sini, Ray," kataku saat kami sudah mencari tempat untuk makan.

"Kehamilanmu sudah berapa bulan usianya, Kay?" Tanya Ray.

"Ng..." aku memutar bola mata. "Tiga bulan."

"Sudah tahu jenis kelaminnya apa?"

Aku menggeleng. "Keanu bilang biar surprise."

Ray tertawa renyah. "Aku nggak nyangka kalau kamu akan menikah secepat itu."

"Masa sih? Kita kan nggak akrab di kampus."

"Tapi kamu terkenal pintar di kampus. Siapa yang nggak kenal kamu. Dan siapa juga yang nggak kenal Keanu."

"Memangnya Keanu siapa sampai terkenal begifu?"

"Cowok paling bandel di sekolah adekku dulu. Waktu aku tahu kamu pacaran sama dia dan sampai menikah, aku kaget."

TERBELAHNYA MUARA (segera terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang