MUARA 16

7.7K 928 46
                                    

KEANU

Pukul satu dini hari. Aku mendengar suara pintu kamarku diketuk berulang kali saat aku baru saja ingin terlelap.

Aku membuka pintu dan melihat Risa dengan pakaian you can see tali satu berwarna maroon serta rok pendek di atas lutut berdiri di depan pintu kamarku.

Tangan kanannya bersandar pada kusen pintu, sedangkan tangan kirinya berada di pinggang. Ia
tersenyum smirk.

"Nu...," panggilnya sebelum cegukan. Ia mulai mengganti posisi berdiri dengan sempoyongan.

"Lo mabuk?" Tanyaku—yang mungkin tidak heran melihatnya mabuk. Tapi dia tidak pernah mabuk separah ini.

"Mabuk?" Risa tertawa. "Apa itu?" Pertanyannya mulai ngawur. "Hahahah, gue nggak mabuk. Cuma—" jeda sejenak, ia memutar bola mata seolah sedang berpikir. "Tadi gue ngapain yah? Aduh, gue benar-benar lupa."

"Berapa banyak yang lo minum, Ris?"

Dia mulai menghitung dengan jari. "Satu, empat, enam, sepuluh. Lupa, hahahahah." Dia tertawa lagi. Kemudian cegukan.

"Gue mau tidur dulu di kamar, lo ngapain dikamar gue, Nu?" Risa masuk sembarangan ke kamarku.

"Risa, ini kamar gue, bukan kamar lo..." aku mengikutinya dari belakang.

Risa berhenti melangkah dan menatap ke belakangku. "Ini kamar gue." Risa menarik bajuku ke depan. "Lo mau menggoda gue yaa?"

"Risa... sadarlah." Aku menghindar dari sentuhannya.

Dia kembali cegukan, lalu menyentuh perutnya. "Gue mau muntah."

"Astaga, jangan muntah di kamar gue." Aku segera menggendong Risa di bahuku seperti karung beras. Dan menurunkannya di kamar mandi.

Dia langsung muntah di wastafelku. Aku menyingkirkan rambut yang mengganggu wajahnya dan menggulung rambutnya ke belakang, kemudian mengusap-usap punggungnya.

Setelah seluruh isi di dalam perutnya keluar, Risa mencuci mulutnya di keran wastafel. Dia menatap dirinya sendiri di kaca sembari tersenyum.

Senyuman palsu, karena setelah itu ia menangis.

"Lo kenapa, Ris?"

"Gue serem banget, Anjir."

Aku tertawa. Kupikir ada apa tadi.

"Baliklah ke kamar lo."

Risa menggeleng. "Jangan tinggalin gue, Keanu." Dia langsung memelukku dengan erar. "Gue butuh lo."

"Ris...." aku berusaha menyingirkannya, tapi dia tidak bergerak sama sekali dan justru jatuh ke dalam pelukanku. Risa pingsan, aku langsung membawanya ke tempat tidurku.

Aku tahu, Risa wanita kuat yang pernah aku temui. Dia tidak pernah mengeluh tentang masalahnya atau pun kesusahannya. Dan aku tahu, apa yang terjadi padanya hari ini pasti karena dia punya masalah berat.

***
"Udah bangun?"

Risa masih nenggunakan kasurku sampai dia membuka mata di pagi harinya. Ia tampak sedikit kaget saat melihatku sembari menatap ke sekelilingnya.

TERBELAHNYA MUARA (segera terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang