KEANU
Dear Kahyang:Hi love! Sori, aku belum sempat kabari kamu karena jadwalku masih sibuk. Beberapa bulan ini, aku ada pelatihan di Negara lain. Ponselku hilang di sana dan aku belum sempat membeli ponsel baru. Tinggal beberapa bulan lagi aku akan pulang ke Indonesia dan aku akan segera menghubungi. Sabar ya sayang....
send.
Pintu kamarku terketuk setelah aku berhasil mengirim email untuk Kahyang. Aku menutup laptopku dan beranjak menuju pintu.
Keningku mengkerut melihat sosok Viara sudah berdiri di depan kamarku.
"Saya ganggu nggak Pak?" tanya dia hati-hati.
"Enggak tuh, kenapa Vi?" aku membuka pintu lebar-lebar dan kembali masuk ke dalam kamar menuju meja tempat air minum.
"Soal kemarin...." Viara berbicara ragu. "Ponsel Pak Keanu hilang akibat ulah saya ya, Pak. Saya janji bakalan ganti."
Aku berhenti menuangkan air ke dalam gelas, lalu melihat dia yang masih mematung di depan pintu kamarku. Aku menyeringai geli. "Kok jadi salahmu?"
"Gara-gara kita makan dan jalan-jalan sampai lupa waktu, dan Pak Keanu tidurnya jadi kemaleman. Akibatnya Pak Keanu jadi telat bangun. Yaudah deh, semuanya jadi kacau."
Aku tertawa kencang mendengar penjelasan polos Viara. Kuteguk segelas air sebelum kembali meletakan gelasku di atas meja. "Seneng nggak sudah saya bawa jalan-jalan ke Jakarta?"
Viara mengulum senyum sembari mengangguk. "Makasih banyak ya Pak."
"Hahaha, sama-sama, Vi. Aneh banget kamu kalau canggung begitu. Kayak sama siapa saja. Masuk gih, ngapaih berdiri di depan pintu gitu..."
Viara hanya terdiam dan masih berdiri dengan canggung.
"Apa yang ada di tanganmu, Vi?" aku melihat sesuatu yang sejak tadi ada di genggaman Viara.
"Oh, ini DVD, Pak. Saya kemarin beli di Indonesia."
"DVD bajakan?"
"Nggak tahu, Pak. Saya lihat ada promosi di dekat hotel."
"Hahahah. Judulnya apa, Vi?"
Viara mengangkat benda di genggamannya ke hadapan matanya sambil membaca sampul dari DVD tersebut. "John Wick 3, Pak."
"Yang pertama dan kedua sudah nonton?"
"Memang ada ya, Pak?" dia mengangkat alis.
"Adalah, Vi. Kalau nggak ada gimana mungkin bisa muncul judul yang ketiga."
"Maaf, Pak. Habisnya saya lihat sampulnya seru. Saya suka banget nonton film action."
Aku mengangkat alis kaget. "Really?" melihat penampilan Viara yang feminin, kupikir dia gemar nonton film romantis dan menyediakan tissue jika pemeran utama tidak bisa bersatu.
"Yap." Viara tersenyum girang.
"Mau nonton film itu nggak? Nontonnya harus dari yang pertama dulu biar kamu paham sama jalan ceritanya."
"Duh, saya cuma beli yang ini, Pak."
"Udah santai saja. Saya punya banyak film di laptop saya."
"Serius, Pak?"
Aku mengangguk. "Masuk sini."
"Ha?" Viara tertegun kaget. "Nonton di kamar Bapak?"
"Vi, kita cuma nonton kan?"
"Maaf, Pak." Viara masuk perlahan ke dalam kamarku dan menutup pintu.
Aku mohon kalian tidak perlu berpikiran aneh-aneh. Budaya barat memang begini bukan? Hal yang wajar menonton di dalam kamar tanpa memikirkan gender.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERBELAHNYA MUARA (segera terbit)
Romantiek(TERINSPIRASI DARI KISAH NYATA) Katamu aku tempatmu bermuara. Telah lama kutunggu-tunggu, kapalmu tak pernah sampai padaku. Lalu muara mana yang sedang kau tuju saat ini? Katamu kapalmu tak akan pernah tenggelam, tapi mengapa tak pernah kulihat lagi...