MUARA 30

11.2K 1.4K 314
                                    

Note: mungkin cerita ini masih berantakan banget, ada beberapa bagian yang aku rombak di awal. Seperti kisah Ibu Keanu. Mungkin aku akan terus menulis hingga akhir seperti air mengalir. Jika cerita ini berjodoh dengan penerbit, akan aku revisi jadi lebih baik lagi.

Selamat membaca !

****

KAHYANG

Hanya satu doaku sebelum tidur; "Aku berharap, semua hal menyakitkan yang aku lalui hanyalah bunga tidur, dan tidak nyata."

Tapi semesta memang tidak berpihak padaku, ketika aku membuka mata kembali, aku sadar bahwa semua hal menyakitkan yang telah aku lalui adalah kenyataan dan harus kuterima dengan lapang dada.

Hari ini aku, Keanu dan Kenzie berkunjung ke rumah Ibu mertuaku. Selama di perjalanan, aku dan Keanu masih seperti biasa. Diam membisu. Yang terdengar hanya lagu indie yang mendayu halus di stereo mobil, dan suara gumaman Kenzie yang bahagia melihat pemandangan di jalan.

"Aku dengar kabar dari Tante Meri, kalau Ibu sakit sudah beberapa minggu ini. Kamu nggak ada jenguk ibuku?" tanya Keanu dengan nada serius dan pandangan tetap fokus ke depan.

Aku memilih untuk diam saja. Entah mengapa mengeluarkan kata-kata untuk Keanu hanya akan buang-buang energi dan perasaan.

"Aku mohon sama kamu, Ibu jangan sampai tahu kalau kita ada masalah." Keanu menarik napas sejenak. "Aku takut kondisi Ibu semakin buruk kalau tahu kita tidak baik-baik saja," lanjut Keanu.

Aku masih diam, sampai-sampai Keanu lelah mengajak aku berbicara. Dan ia mendengus panjang sambil mencengkram erat stir mobil sampai buku-buku jarinya memutih.

Hampir dua jam lamanya perjalanan yang kami tempuh dikarenakan keadaan kota Jakarta yang padat merayap. Aku dan Keanu masih saling berdiam diri sampai mobil kami sampai di tempat tujuan.

Kami disambut cukup ramah dengan Tante Keanu yang saat ini rutin menjaga ibunya di rumah.

"Astaga Nunuuu, udah lama banget Tante nggak ketemu kamu." Tante Meri memeluk Keanu dengan kencang. "Gimana kabar kamu? Baik-baik aja kan?"

"Alhamdulillah baik, Tan. Tante sendiri?"

"Alhamdulillah baik, Nu. Tapi yah begitulah, Tante sedih banget lihat keadaan Ibu kamu sekarang. Untung saja ada Kahyang yang bantuin Tante buat jaga ibumu." Ketika Tante Meri mengucapkan hal itu, Keanu langsung menoleh padaku.

Mata kami sempat berserobok selama lima detik sebelum aku kembali menatap Tante Meri. Aku tidak butuh ucapan maaf darinya karena sudah menuduhku; tidak menjaga ibunya dengan baik. Aku menyayangi ibunya seperti aku sayang dengan mamaku. Dan aku juga tidak perlu ucapan terima kasih darinya.

"Untung juga Kahyang langsung memberi tahu kepulangan kamu. Kalau tidak, Tante nggak akan tahu kapan kamu pulang. Habisnya kamu dihubungi susah banget, Nu...." lanjut Tante Meri lagi sambil tertawa kecil.

Lalu Tante Meri menatap Kenzie dan membawanya ke dalam gendongan. "Eh, anak cakep ada di sini." dan kembali menatap kami secara bergantian. "Mari masuk yuk, ibumu sudah kangen banget sama kamu, Nu."

Kami masuk bersama menuju kamar Ibu. Kulihat ekspresi kaget Keanu saat melihat ibunya yang terbaring lemah dengan badan meringkuk di kasur.

"Kenapa Ibu nggak dibawa saja ke rumah sakit?" Keanu menatap Tante Meri.

"Tante udah maksa ibumu, tapi ibumu tetap keukeuh menolak dan memilih untuk dirawat di rumah saja."

Keanu semakin mendekati ibunya. "Bu, kenapa keras kepala banget sih?" Keanu membelai rambut ibunya sambil mengecup kening Ibu sepintas. "Penanganan di rumah sakit kan lebih bagus. Kalau misalnya terjadi apa-apa, Dokter bisa langsung cepat tanggap."

TERBELAHNYA MUARA (segera terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang