KEANU
"Nunuuuu!!!!!"
Aku yang tadinya sedang asyik menyusun gumpla langsung lari terpontang-panting sampai akhirnya aku tidak sengaja menyenggol gumpla-ku sendiri sampai terjatuh dan berantakan semua di lantai. Masa bodoh. Aku tidak peduli.
Ayang-ku, harta karunku, berlianku, lebih penting daripada gumpla.Aku segera menghampirinya di kamar.
"Kenapa, Yang? Ada apa?" Aku mengecek sekujur tubuhnya. Mungkin terjadi sesuatu pada Ratu-ku.
"Aku baru aja di telepon," kata Kahyang dengan mata bulat penuh kebahagiaan.
Tapi aku masih panik dan takut Ayang-ku kenapa-kenapa. "Siapa yang nelepon kamu, Yang? Ada orang yang ngancam kamu? Apa katanya? Dia nggak tahu aku ini siapa ya? Juara karate tingkat nasional."
Kahyang justru tertawa. "Kamu kenapa sih, Nu? Aku tadi barusan di telepon sama HRD di bank tempat aku interview kemarin."
Seketika wajahku memelas. "Kenapa? Dia gangguin kamu?"
"Enggak, Nunu."
"Terus apa, Yang?"
"Aku..." dia sengaja memperlambat intonasi bicaranya.
"Kenapa kamu?"
"Aku diterima kerja di sana!" Kahyang bersorak gembira.
Ekspresiku berubah. Kutarik napas dalam-dalam sembari duduk di kasur.
"Kok gitu sih wajahnya? Kamu nggak senang ya, aku dapat kerja?"
"Aku tuh cemas. Kupikir kamu kenapa-kenapa." Aku agak jengkel.
Kahyang malah tersenyum geli sambil ikut duduk di sebelahku. Dicubitnya kedua pipiku. "Gemes banget sih kamu, Nu. Aku tuh nggak akan kenapa-kenapa, Nunu." Kahyang mengenggam tanganku. Mungkin dia berusaha menenangkan aku yang hampir saja meledak. "Kamu lupa ya, aku ini juga jago karate. Kan kamu pelatihnya..."
Aku tak bisa untuk tidak tersenyum melihat wajah gemas Kahyang. Kutarik Kahyang-ku ke dalam pelukan sembari kucium keningnya.
"Selamat ya , Sayang...."
"Sayang atau Kahyang nih?"
"Dua-duanya kan milikku."
"Hehehehe...."
***
Kahyang berhasil bekerja di salah satu bank impiannya. Meskipun begitu, Kahyang tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang istri. Keinginan dan kebutuhanku benar-benar dia penuhi.
Dia bangun lebih awal agar bisa masak untukku, mencuci baju, mengerjakan pekerjaan rumah sendirian. Tanpa pernah mengeluh.
"Good morning suamik!" Kahyang duduk di kasur di sebelahku masih tertidur lelap. Dia terlihat sangat cantik dan harum. Aroma parfumnya yang lembut membuatku tak kuasa untuk tidak membuka mata.
"Cantik banget," pujiku dengan suara parau.
"Masa sih? Ngaco ah." Kemudian wajahnya mendekat. "Bangun gih, sarapan sudah siap."
"Sarapan bareng yuk."
"Nggak bisa, Nu. Aku harus berangkat pagi."
"Aku anter ya?"
Kahyang menggeleng. "Aku naik bus aja deh. Mending kamu mandi, sarapan, terus berangkat kerja juga ya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
TERBELAHNYA MUARA (segera terbit)
Romance(TERINSPIRASI DARI KISAH NYATA) Katamu aku tempatmu bermuara. Telah lama kutunggu-tunggu, kapalmu tak pernah sampai padaku. Lalu muara mana yang sedang kau tuju saat ini? Katamu kapalmu tak akan pernah tenggelam, tapi mengapa tak pernah kulihat lagi...