Ternyata Kamu

668 94 7
                                    

Sejeong POV

2 minggu berlalu. Kuliahku terasa biasa biasa saja, tidak ada yang spesial dan sana juga tidak menggangguku.

Namun hari ini, Sana kembali berulah. Dia menghubungiku dan mengajakku bertemu di halaman belakang kampus.

Sana
Jika kau ingin masalah kita cepet selesai, temui aku di halaman belakang kampus sekarang.
Sendirian.

Sejeong
Oke

Aku langsung menerima ajakan Sana. Nayoung sempat melarangku untuk menemui sana, namun aku sudah tak tahan lagi. Sana terus menggangguku dan membuat anxiety ku terus kambuh karenanya.

"Je, kau yakin?" tanya nayoung dengan raut wajah khawatirnya

"Tidak apa - apa nay. Kau tenang saja, aku bisa menjaga diriku sendiri" aku mengusap lengan nayoung sambil tersenyum

Nayoung menghela nafasnya. "Ya sudah, kau hati hati ya" ucapnya padaku

Akupun mengangguk dan segera melangkah ke halaman belakang. Sesampainya di sana, keadaannya tak begitu ramai, hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang di sana.

Aku mencari keberadaan sana, namun ia tak kunjung datang. Langsung saja aku menghubungi Sana memberitahu bahwa aku sudah menunggunya di tempat.

Sesudah menghubungi sana, aku menaruh ponselku di saku bajuku lalu menunggu sana datang. Saat sedang menunggu tiba tiba ada seseorang yang berteriak.

"Jeong awas!"

Orang itu berlari dan langsung memelukku dari belakang, dia melindungi tubuhku dari sesuatu.

PRANG!

"Aaakk" teriak orang itu karena tiba tiba ada pot yang jatuh dari atas lalu menimpa kepalanya hingga pot itu pecah. Orang itu pingsan dan terjatuh ke tanah.

"Astaga" mata dan mulutku membulat kompak. Aku melihat ke atas.

"Sana!" ucapku penuh emosi lalu segera melihat keadaan orang itu.

Orang itu, pria misterius yang selalu menolongku. Pria yang selalu mengenakan masker, topi, dan juga hoodie yang menutupi wajahnya.

Aku terdiam sebentar lalu berniat ingin membuka maskernya, tanganku gemetar. Akupun mengumpulkan keberanianku dan mulai membukanya perlahan.

Mataku memerah sesaat sudah melihat siapa orang itu, air mataku jatuh begitu saja.

"DANIELLLL" Aku berteriak sambil menangis lalu berusaha mencari pertolongan pada orang sekitar

Orang orang pun datang untuk menolong daniel, termasuk nayoung. Aku dan nayoung membawa daniel ke rumah sakit.

Daniel sedang diobati sekarang, ia masih terbaring di kasur rumah sakit itu. Aku terus menangis melihat keadaan kepala daniel yang sedikit di perban di bagian belakangnya.

"Niel.. Maafkan aku" ucapku terisak

"Sudah je, sabar. Daniel pasti akan segera sadar kok" nayoung terus merangkul dan menenangkanku

Tak lama kemudian, daniel pun membuka matanya.

"Niel, kamu sudah sadar?" tanyaku langsung mendekat pada daniel

Beautiful Destiny [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang