I trust you (2)

548 96 5
                                    

"Tidak mungkin! Semua mahasiswa sudah pulang" ucap satpam itu kekeh

Aku berdecak kesal. Aku segera merogoh dompetku dari saku celanaku lalu mengambil sejumlah uang.

"Ini untuk bapak, tolong izinkan saya masuk"

"Baiklah, silahkan masuk" ucap satpam itu lalu segera membukakan gerbangnya untukku

Keadaan kampus sudah sangat gelap dan sunyi. Aku segera berlarian mencari keberadaan sejeong.

Lalu tiba tiba aku mendengar isak tangis seseorang. Aku terus mengikuti tangisan itu, suara itu membawaku ke arah gudang.

Aku membuka pintu gudang itu, terkunci. Akupun segera mendobrak pintunya, untungnya pintu itu langsung terbuka dengan sekali dobrakan.

Pintu pun terbuka dan menampilkan wanita yang sedang ku cari. Sejeong segera mendongak menatapku, lalu ia segera berlari memelukku.

"Kau tidak apa apa?" tanyaku sambil mengusap lembut kepalanya agar ia tenang

Sejeong tidak menjawab pertanyaanku, ia terus terisak dalam pelukanku dengan tubuhnya yang gemetar.

"Mianhae"

Aku membawa langkah sejeong keluar gudang lalu duduk di salah satu bangku yang ada di sana.

"Wae? Kenapa kau bisa ada di dalam gudang itu?" tanyaku lembut sambil menyingkap rambutnya ke belakang telinganya

"Ak..aku t..t.takut niel" ucapnya terisak

"Apa penyakitmu kambuh? Badanmu sangat dingin, je"

Sejeong hanya mengangguk dan terus menangis. Aku kembali menariknya ke dalam pelukanku.

"Maaf, aku terlambat" ucapku penuh penyesalan

Aku sangat menyesal, kenapa bisa aku terlambat menyelamatkannya. Aku terus merutuki diriku sendiri karena tidak bisa menjaganya dengan baik.

Sejeong melepaskan pelukan kami lalu menatapku.

"Tidak niel, ini semua bukan salahmu"

"Jelas ini salahku, aku tidak bisa menjagamu dengan baik. Aku sungguh tidak tau jika ponselku mati"

"Aniya, tadi ponselmu aktif dan sempat mengangkat telponku"

"Eh?" aku terkejut atas pernyataannya

"Tadi..." sejeong menunduk "Dahyun yang mengangkat telponku, lalu dia mengatakan bahwa kau sedang asik bermesraan dengannya" ucapnya sambil terisak

Darahku langsung bergejolak, rahangku mengeras. Wanita itu benar benar menjebakku. Aku tidak akan pernah memaafkannya!

"Kau percaya pada wanita itu?"

Sejeong malah kembali menangis kencang.

"Argghh.. Aku sungguh kesal!" aku mengacak rambutku frustasi

"Niel.." lirih sejeong

"Ne?" jawabku lemas

"Aku ingin pulang"

"Baiklah"

Aku segera membawa sejeong ke dalam mobilku dan mengantarkannya pulang.

Sesampainya di rumah sejeong, aku segera membawanya masuk ke dalam.

"Aku di sini saja ya?"

"Tidak, niel.. Lebih baik kau pulang saja"

"Tidak, aku akan tetap di sini"

"Baiklah" pasrah sejeong akhirnya

Sejeong sudah tak menangis lagi, ia sudah sedikit tenang sekarang. Aku duduk sendiri di sofa menunggu sejeong yang sedang mengganti pakaiannya di kamar.

Tak lama kemudian, sejeong keluar dengan wajah yang lebih fresh dari sebelumnya.

"Kau sudah selesai?" tanyaku saat sejeong sudah duduk di sampingku

"Eoh"

"Kau masih takut?"

"Tidak"

"Ya! Kenapa kau cuek padaku?" ucapku sebal

Sejeong hanya menghela nafasnya.

"Kau benar benar mempercayai wanita itu?" tanyaku

"Jika iya?"

Aku menghembuskan nafasku perlahan guna menetralkan emosiku, lalu aku kembali membuka suara.

"Safira Sejeong Anindira, aku hanya mencintaimu. Kau harus percaya padaku"

"Ne, aku percaya padamu" ucapnya datar

"Argghh jinjja" aku menunduk lalu menjambak rambutku frustasi

"Wae?"

"Terserah kau saja"

Sejeong diam. Aku kembali melihat ke arahnya. Seketika aku terkejut karena melihat sejeong sedang tersenyum sambil terus menatapku.

"Ya- ya! Kau kenapa? Kau kerasukan? Kenapa kau tiba tiba tersenyum seperti itu?"

"Ne, aku kerasukan cintamu" Ucapnya sambil tersenyum

Mulutku menganga mendengar ucapan sejeong itu. Gadis ini sungguh aneh dan membuatku semakin gila rasanya.

"W-wae? Kau ini kenapa?"

Sejeong tiba tiba mendekatkan wajahnya pada wajahku, jarak wajah kami kini tinggal sejengkal lagi.

"Aku percaya padamu, niel. Aku mencintaimu." satu ciuman darinya pun mendarat di bibirku

Aku masih terdiam bingung, lalu sedetik kemudian aku tersenyum dan segera memeluk gadisku yang sangat menggemaskan itu.

"Kau sangat aneh dan membuatku semakin gila padamu" ucapku disela pelukan kami

"Ne, aku rela jika kau gila karenaku"

"Aish jinjja!" ucapku gemas

Kami pun tertawa bersama.

Aku melepaskan pelukan kami lalu bersender di sofa, diikuti sejeong yang menyender di dadaku. Aku terus mengusap rambutnya dengan lembut.

"Siapa yang menguncimu di sana?"

"Sana"

"Kau mengusirku?"

"Aish! Kau ini sungguh menyebalkan niel!" sejeong mendongak menatapku sinis

"Wae?" tanyaku heran

"Maksudku, sana yang mengunciku. Dia menjebakku"

"Ah... Mian mian, aku tidak fokus. Bagaimana bisa kau dijebak olehnya?"

"Tadi aku mendengar teriakan minta tolong, aku segera menghampirinya. Dia sedang digoda oleh seorang pria, saat aku menolongnya. Tiba tiba sana tertawa dan ternyata mereka bersekongkol lalu mengunciku di dalam gudang" jelas sejeong panjang lebar

"Wae? Kenapa kau malah membantunya? Seharusnya kau biarkan saja. Lain kali kau tidak boleh membantunya, dia hanya ingin menjebakmu saja"

"Niel, aku sungguh tidak tau jika dia ingin menjebakku"

"Baiklah. Untuk kali ini saja, mulai sekarang kau harus berhati hati. Tolong bantu aku"

"Bantu apa?"

"Bantu aku menjagamu, dengan cara kau menjaga dirimu sendiri dengan baik. Aku tidak ingin melihatmu terluka."

Sejeong tersenyum lalu memelukku dengan erat.

"Gomawo. Kau selalu menjadi hero ku, dari dulu hingga sekarang dan sampai kapanpun"

"Kau juga selalu menjadi gadis cantikku, selamanya."

°°

Maaf yaa kemarin gajadi double up karena udah kemaleman hehe

Beautiful Destiny [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang