Pembunuh Itu

17 4 0
                                    

"Kamu lapar?"

"Meow!"

"Kemana majikanmu?"
"Sebentar aku mungkin punya camilan di kulkas"

Benda berlayarkan 15 inch itu kembali memutar sebuah rekaman dimana Meera pertama kali menemukan Roki di atap kedai.

Video diambil pada 24 Februari 2019

"Sepertinya aku belum melihat yang ini"

"Klik!"

Video itu menunjukkan, seekor kucing meninggalkan tempat tidurnya berlari kesit mengejar seekor tikus yang menggodanya.

Entah kemana saja ia berlari, hingga tidak mempedulikan ia telah terbelenggu pada ruangan yang sedikit pencahayaannya.

Seseorang ada di ruangan itu. Seseorang yang hanya memakai celana jeans panjang, bertelanjang dada memperlihatkan dengan jelas lekuk tubuhnya, serta noda hitam yang menempel di punggung orang itu.

Dipanjatnya sebuah tangga kayu yang menghubungkannya dengan langit-langit ruangan itu.

Tidak terlihat dengan jelas orang itu memainkan benda apa. Bahkan, siapa dia belum Meera ketahui sebab membelakangi kamera.

Diletakkan kembali benda yang sempat ia sentuh. Kembali turun perlahan dari tangga kayu.

Sebab langkah kaki terakhir menuruni anak tangga kayu sedikit terhentak, mengejutkan seekor kucing yang kemudian berlari keluar ruangan itu tanpa memberi petunjuk rupa sesosok ruangan redup tersebut.

"Tar!"
Kucing itu memecahkan sebuah guci besar di ruangan gelap itu.

"Klik!" mematikan video.

"Siapa orang ini?"
"Tidak mungkin seorang maling. Aku saja tidak tau jika ada ruangan itu dalam rumahku"
"Tunggu, apa mungkin dia...."

....
"Kereta api express akan segera meninggalkan stasiun. Semoga perjalanan anda menyenangkan"

"Tuk..tuk..tuk" bunyi kuku yang tergigit.

"Halo, bu?"

"Meer! Kabar gembira. Kakak kamu hamil anak pertamanya" terdengar suara ibu yang riang.

"Waaah, benarkah? Sudah berapa bulan?"

"Usia kandungannya baru memasuki 1 minggu. Ini bapak sama ibu mau kesana rencana nginep satu malam itung-itung ya berkunjung ke sana sesekali"

"Syukurlah. Salam ya bu, sama mbak Maya dan mas Raka. Semoga bayinya sehat selalu"

"Aaamiiiin. Yasudah, ibu tutup dulu ya"

Ia merasa inilah berkah dari Tuhan. Memang Meera belum memberi kabar apapun soal kembalinya ke rumah hari ini.

Berketepatan pada kabar gembira, mengusung bapak serta ibu ke rumah anak dan menantunya dalam satu malam, ia akan mencari tahu asal-usul ruangan redup cahaya tersebut.

Sama halnya ketika ia kembali ke rumah usai dikeluarkan dari sekolah, Meera memanjat pagar lagi untuk masuk ke rumah.

Hari belum terlanjur gelap. Meera memanfaatkan waktu yang tersisa sedikit untuk masuk dalam ruangan gelap itu sebelum membuatnya bergidik ngeri sebab hari yang gelap pula.

"Hey, Roki!" sempat menyapa kucing temuannya.

"Dimana ruangan itu?"

Kaki Meera menuju Gudang lebih dalam lagi.

MeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang