Tidak Percaya

5 1 0
                                    

Sembari menunggu orang tua dari mereka datang, Meera menyempatkan diri singgah di kantin rumah sakit.

"Ini berapa bu?" mengambil botol minuman.

"Enam ribu mbak"

"Ini" menyerahkan uang sepuluh ribu.

"Kembaliannya empat ribu ya? Makasiiii"

"Makasi, mari buu"

"Iyaaa"

Duduk sejenak di kursi kantin.
"Glek...glek...glek..."

Usai menghilangkan dahagnya, Meera memutarkan tubuhnya hendak beranjak, ternyata sudah ada Aiden yang berdiri disana.

"Aiden?"

Akhirnya mereka berdua menetap di meja kantin dengan makanan yang sudah mereka pesan.

"Nyam...nyam...nyam"
Meera tampak menikmati.

Sementara Aiden hanya menatap Meera yang lahap. Sadar akan tatapan Aiden, Meera pun menatap Aiden bingung.

"Kenapa? Ada yang salah?"
"Cemong ya? Mana?"

"Ng...nggak...nggak ada apa-apa"

---
Hufffhh.......
Meera menghembuskan nafas panjang, berjalan pelan mendekati jendela kaca rumah sakit yang besar di ujung.

Aiden menghampirinya.

"Meer?" panggil Aiden lirih.

"Hah.... aku masih nggak percaya aja sama kejadian ini. Memang aku nggak suka dengan mereka karnu satu dan lain hal. Tapi melihat keadaan mereka begini, miris juga" Meera melamun.
"Mengingat juga, salah satu dari mereka pernah menjadi bagian dalam hidupku" Lanjut Meera.

"Pak, mana anak saya?!!!!"
Dari kejauhan terdengar suara keributan.

Meera yang menyadarinya, langsung menghampiri sumber suara, begitupun Aiden yang membuntuti Meera.

"Dimana anak saya?!!!" ibu itu semakin tidak tenang.

"Tenang dulu buk, tenang" kata mbak perawat yang kewalahan dengan ibu itu.

"Tante?" Meera langsung mendekat pada ibu yang histeris itu.
"Tante, tante tenang dulu" Meera langsung merangkul ibu itu.

Aiden yang semula diam, berlari pergi menjauh dari keributan disana.

"Gimana aku bisa tenang, hah?!!!"

"Iya, iya, tenang dulu. Kalo nggak tenang, Yunia nggak mau ketemu sama tante lo. Tante tau kan? Yunia benci itu? Sekarang tante tenang dulu, setelah tenang, Meera antar tante ke Yunia, ya?" Meera menahan isak, mengusap-usap lengan ibu Yunia yang kalut.

"Yunia pasti baik-baik aja kan?"

"Ini" memberi botol minum pada Meeea.
Ternyata Aiden pergi hanya untuk membeli sebotol air minum agar ibu itu sedikit tenang.

"Ini tante, minum dulu"
...
"Udah?"

Tante hanya mengangguk

"Mau sekarang ketemu Yunia-nya?"

Tante mengangguk lagi.

"Kamu tunggu disini sebentar ya" Meera berbisik pada Aiden.

Meera mengantar tante itu dengan perasaan yang khawatir akan semakin jadi jika tante itu sudah melihat kondisi mayat anaknya.

Petugas disana perlahan membuka kain penutup mayat itu.

Benar saja, ibu Yunia itu langsung menjerit melihat mayat anak yang sudah ia kandung selama 9 bulan.

MeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang