Belum Kunjung Kembali

17 4 0
                                        

Ia telah meninggalkan kampung kelahirannya hendak kembali pada medan perang. Tanpa memberi kabar, tanpa berpamitan. Bahkan semenjak di ranu gumbolo, ia belum menemui Aiden kembali untuk mengucapkan selamat tinggal.

Duduk di kursi kereta mengingatkannya pada sosok Aiden yang bagaikan cahaya memasuki gerbong kereta sampai saat dimana ia terbangun menyadari tidur di bahu Aiden.

"Apa begini caramu memperlakukanku" kesalnya.

Karena ia akan kembali pada pekerjaannya esok, hanya merenung dan melamun yang ia lakukan saat ini.

"Bagaimana dengan kamera kalung itu?" ia melipat tubuhnya diatas ranjang.
"Haruskah aku melaporkannya?"
"Tidak, jangan dulu"

...
"Nggak! Aku tidak bisa meneruskan ini!!!" teriak seorang lelaki di dalam ruangan.

Seekor kucing kelaparan berusaha menghampiri tuannya.

"Meow!" ocehnya.

"Apa kamu tidak ingat apa yang sudah kita lakukan selama ini?!" sang wanita balas membentak.
"Biarkan aku yang bicara dengannya" meraih ponsel diatas laci.

"Apa kamu gila?!"
"Plak!!"
Telapak tangan mendarat tepat di wajahnya.

"Harusnya aku yang mengatakan itu!!!"

"Plak!!!"

"Kemari!!"

"Aw....aw...." wanita itu merintih.

"Bruak!!!" suara benturan keras sebuah benda keras yang satu dengan yang lain.

"Ahs....." dia terus kerintih sebab kepala yang terbentur almari kayu.

Tak mengerti keadaan peliharaannya, kucing itu tetap menunggu sang tuan untuk memberinya makan. Hanya menunggu di bawah ranjang tuannya.

"Apa yang akan kau lakukan?" ia berteriak sebab sebuah cutter yang terangkat.

"Menurutmu?"
"Krakkkk"

"Apa kau sadar apa yang kau lakukan?"

Baru saja layar laptop Meera kembali menunjukkan salah satu rekaman kejadian pada hari yang dialami wanita malang itu. Meera kembali melamun dibuatnya.



"Oh, aku lupa akan sesuatu" celoteh Meera beranjak dari layar laptopnya.

"Saya kemari untuk membawa Pocky pulang"

"Baiklah, anda tanda tangan dulu disini"

"Pocky, sekarang kau kembali"

"Meow!"
"Kau merindukanku?"

"Meow!"

"Anak manis, mari kita pulang"

Sebuah keranjang terikat pada jok belakang motornya, sementara Meera terfokus pada keramaian lalu lintas.

"Sekarang kau sudah kembali" membuka keranjang membiarkan Pocky berlari bebas.

*Nada dering telepon.
"Oh, hai aku sudah kembali" katanya melalui telepon.

"Kami juga akan bertanya, syukurlah kamu kembali" kata Rona.

"Kenapa terdengar tegang sekali?"
...
"Hah?!!!" tiba-tiba saja Meera terkejut dengan perkataan Rona.

Ucapan Rona telah lulus membuatnya terengah-engah. Ia tergesa-gesa menuju kantor tempat dinas mereka.

MeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang