Suara langkahan sepatu terdengar pelan. Disusul oleh dentingan lonceng dari pintu kaca.
"Pak...." panggilnya pelan.
"Oh, kau sudah kembali? Segera bekerja" ujar Haykal.
"Hmmmm...."
"Kenapa? Ada yang ingin kau katakan?"
"Ng...nggak ada pak" dia meragu.
...
Salah seorang karyawati mengecoh pekerjaannya malam ini."Meer? Bisa minta tolong?"
"Apa?"
"Beliin sabun cuci piring dong. Di minimarket dekat perumahan sana"
"Oke, uangnya?" tangan menengadah.
"Ini, kembaliannya suruh ambil aja kata bos"
"Siap!" hormat tegak.
Tak jauh, ia memanfaatkan jasmani dan rohaninya hitung-hitung sedikit berolahraga.
Tidak pernah tertinggal, satu stik es krim pelangi ada di genggamannya.
Dari jauh, terlihat mobil mewah terparkir depan rumah mewah pula. Meera melihat, dua orang lelaki menggiring wanita masuk ke dalam mobil hitam itu.
Wanita yang bermata indah bak berlian yang berkilau menutupi mulutnya dengan masker. Tubuhnya yang memakai dres bahu terbuka ditutupi oleh sebuah parka. Tangannya pun terlipat mengarah ke belakang.
"Brukk!"
Sekantong plastik belanjaan tercecer di jalanan. Es krim pelangi meleleh di atas aspal.
Wanita itu sudah memasuki mobil hitam dengan dengan pria yang menggiringnya.
"Rana!!!!" Meera berlari dan menjerit.
Gemuruh mesin mulai samar-samar. Meera terus memanggil Rana, mengejar mobil sport hitam yang melaju.
"Ranaaaaaaaaa!!!!!!!"
Meera yakin betul bagaimana rupa Rana, sahabatnya. Bagaimana tatapan matanya, lekuk tubuhnya, bahkan aroma tubuh Rana ia dapat menghirupnya dari kejauhan.
"Ranaaaaaaa!!!!"
"Huh...huh...huh..."Meera tak berhasil mengungguli laju mobil.
"Hah! Rumah itu!"
Berlari ke arah yang berlawanan, menuju rumah layaknya gedung. Tak ada penjaga di pos itu. Hanya rumah mewah yang gelap serta pagar yang terkunci.
"Permisi" teriaknya.
Tak hanya sekali dia menggoyahkan pagar yang tinggi.
"Permisi!!!!"
...
"Hah?!!!"
"Huh...huh...huh..."Meera terbangun dari tidurnya, tersadar dari mimpinya.
"Hah...hah...hah... Hanya mimpi?" gemingnya.
"Glek...glek...glek" meneguk segelas air.
"Ahhhh....hah...hah...."...
Pada jam istirahat makan siang, ia sengaja mengunjungi taman seberang cafe. Satu cup camilan pinggir taman ia nikmati di hadapan lingkaran air mancur.Kedua kaki yang menyilang, diayunkannya.
Dari sisi lingkaran air mancur yang lain, berdiri seseorang yang memakai hoodie putih, celana jeans hitam, memakai topi hitam, bersepatu rapi, memandang air mancur yang mengalir ke atas tanpa berkedip.
"Waktu habis, kembalilah" tulis Haykal.
"Baru lima menit duduk disini" kesalnya.
Meera meninggalkan air mancur itu, sebagaimana sama dengan seorang yang di seberang sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Meera
Teen FictionKehidupan Meera benar-benar hancur ketika resmi menerima surat pernyataan dari sang kepala sekolah. Dia yang jauh dari keluarganya tidak ingin memberitahukan hal ini sebab tidak ingin mengkhawatirkan mereka. Untuk memenuhi kehidupannya, ia rela menj...