Kemana Mereka?

24 5 0
                                    

Pada hari ia melarikan diri, keadaan gedung sedang kosong. Tidak ingin meninggalkan gedung seorang diri, ia mencari sebuah sudut yang diperkirakan menyediakan sebuah ruang sudut yang diyakini untuk mengurung kedua teman Meera.

Beruntung, pintu ruangan Meera dikurung tidak terkunci sempurna.

Rantai-rantai tersebut tentu sangat menghambat jalan keluarnya Meera. Berbekal alat seadanya, ia memukul gembok hingga rusak. Kursi kayu tidak dapat membantu membuka gembok. Sebuah palu juga tidak fapat mengatasi.

Hingga saat sebuah gergaji terlirik bola mata, ia berharap banyak pada benda itu.

"Kumohon bantulah aku" ia bersimpuh memohon padanya.

Rantai besi tersebut tidak dapat tertandingi oleh tajamnya duri-duri gergaji. Ia mulai mengeluh dibuatnya.
"Aku harus bagaimana" ringiknya.

Seisi otak mulai berputar. Memandangi langit-langit gedung hingga lantai yang kotor. Peralatan apalagi yang dapat ia andalkan untuk dapat melepas rantai yang melilitnya.

Jika sebuah rantai diibaratkan dengan pohon, maka pangkal dari pohon adalah akar. Sebuah pohon yang besar nan kokoh, jika tidak memiliki suatu ikatan untuk tumbuh dari sebuah tanah, dapat dipastikan pohon itu akan tumbang.

"Ah, dapat!" dercaknya.

Itulah yang sedang ia lakukan. Sebuah palu ia pukulkan tepat pada dinding tempat akar tersebut. Suara pantang menyerah telah berbunyi nyaring. Dinding tersebut mulai terkikis.

"Huh...huh...huh..." suara nafas lega.

Walau kaki belum terlepas dari rantai, namun setidaknya rantai itu telah terlepas dari akarnya. Dengan berlangkah hati-hati ia keluar ruangan sempit.

Gedung sudah dipastikan kosong sejak suara mesin kendaraan terdengar menjauh, hanya menyisakan dua orang yang berjaga di lantai atas.

Jalan yang sempoyongan berhasil membawanya pada sebuah ruang yang tertutup dan terkunci. Ia meyakini bahwa kedua temannya terkurung didalamnya.

"Ada orang disana?" ia berbisik dan mengetuk pelan.
"Ketuklah pintu jika iya" lanjutnya.
Ia tidak mendapat jawabannya.

Nasibnya sedang tidak baik. Seseorang telah melihatnya dari lantai atas. Suara mesin kendaraan kembali terdengar. Seseorang yang diatas mulai berlari kearah Meera yang sedang bersimpuh di depan ruangan misterius.

Ia mendadak panik. Suara mereka mulai memenuhi langit-langit gedung.
"Pastikan semuanya lancar" katanya.

Seseorang berhasil menangkap Meera, membawanya pada tempat tersembunyi. Karena aksinya yang secara tiba-tiba, ia hampir saja berteriak. Orang itu berhasil menyangkal dengan menutup mulut Meera. Jantungnya berdebar-debar. Keadaan telah membuat orang itu mendekap Meera. Sepasang bola mata saling bertemu, menatap diam dalam sendu.

"Aku akan membantumu" ucap lelaki itu berbisik.
Ia pergi meninggalkan Meera sejenak.

"Sial! Gadis itu berhasil melarikan diri" Orang itu memasang wajah panik.

"Aaaaarrrrrggggghhhh.....! Dia pasti belum jauh dari sini, cepat cari dia!!!!"

Sementara yang lain berkeliaran di luar gedung, dengan perasaan lega laki-laki itu naik ke lantai atas, mengambil barang-barang milik Meera yang sempat mereka tahan.

"Bagaimana dengan kedua temanku? Dimana mereka?"

"Yang penting adalah kamu keluar dari gedung ini" dia berkata yang sembari membuka satu persatu gembok di rantai.

"Aku nggak akan pergi tanpa mereka. Mereka ikut tertangkap karena aku"

"Cepat, ini ponselmu. Ini tasmu"

MeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang