Lelaki Itu

35 8 4
                                    

Dengan motor matic yang tertinggal oleh zaman, ia melakukan perjalanan menuju cafe tempat ia menunjukkan kemampuan dalam mengaduk secangkir kopi.

Sesuai ketentuan waktu dari sang bos, ia datang sepuluh menit sebelum jam yang sudah ditentukan.

"Selamat pagi, pak" ia melihat bosnya mengelap meja calon para pelanggan seorang diri.

"Syukurlah kamu sudah datang. Kamu sudah mengetahui cara kerja mesin kopi itu?"

Ia menjawabnya dengan kepala menggeleng.

"Kalau begitu, pertama kamu akan belajar cara menggunakan mesin itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau begitu, pertama kamu akan belajar cara menggunakan mesin itu. Sini, saya ajarkan"

Ia merasa ragu-ragu dengan perlakuan bos cafe kepadanya. Apalagi bos itu merupakan seorang pria yang nampaknya tidak terpaut jauh dengan usia Meera.

Langkah demi langkah ia belajar menggunakan mesin kopi melalui bos.

Hal yang semakin membuatnya merasa tidak nyaman ialah hal dimana bos itu semakin melekat dengan tubuh Meera yang menyebabkan jantung Meera berdebar kencang.

"Coba" kata bosnya.

Saat itulah, tangan Meera dengan tangan bosnya tidak sengaja saling melakukan kontak fisik. Alhasil, cangkir yang tidak bersalah itu terpecah belah.

"Maaf, pak. Saya akan membersihkan ini dulu" ucapnya.

"Baiklah, kamu bisa melanjutkannya sendiri kan?" kata bos.

"Iya, pak"

Papan yang tergantung di pintu kaca cafe bertuliskan "Tutup", ia membalikkan papan itu.

"Silahkan" senyuman ia pancarkan pada seluruh pelanggan tanpa terkecuali.

Deringan bel dari pintu kaca yang terbuka itu terdengar ketika seseorang membuka pintu kaca tersebut, menampilkan dua pria yang memakai topi serta masker penutup mulut mengunjungi cafe. Sontak, ia segera menyembunyikan diri dari dua orang pria mencurigakan tersebut.

Jantungnya berdebar kencang begitu melihat dua pria yang baru saja datang berkunjung. Mungkin saja jika mereka datang untuk menjemput Meera kembali pada gedung tua nan lusuh.

Di balik pintu kamar mandi karyawan, tangannya masih membawa nampan lingkaran menutupi dadanya yang terus berdebar serta nafas yang terengah-engah.

Ia enggan melayani pelanggan dua pria tersebut dengan alasan apapun. Ia menghilang secara tiba-tiba bahkan sampai sang bos turun tangan mencarinya. Meera tetap diam menutup mulut bahkan berhenti bernafas ketika seseorang menghampirinya di tempat persembunyian.

"Bos sedang mencarimu. Diluar banyak pelanggan bekerjalah dengan giat, jangan hanya memanjakan diri" kata salah satu karyawan lain yang belum ia kenal.

Merasa persembunyiannya sudah bukan rahasia lagi, ia menyerahkan diri menghadap kepada pemilik cafe.

"Kamu dari mana saja? Dua pelanggan sedang menunggu di depan, memprotes saya. Kamu tahu kan, pelayan cafe disini hanya kamu karena yang lain sibuk di dapur" gertak sang bos membuat kepalanya menunduk.

MeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang