Musuh

9 2 2
                                    

Pukul 01.06 dini hari

Meera yang sempat tidur itu terbangun karena mendengar suara ketukan-ketukan yang mengganggu di langit-langit kamar. Takut, ia menghampiri Aiden yang tidur di depan televisi. Ternyata Aiden meninggalkan kamar tempatnya tidur.

Meera kebingungan.

"Aiden?" ia memanggil Aiden seraya menyusuri villa yang luas.

"Dug...dug...dug..."
"Tap...tap....tap..."
Suara-suara dari langit-langit masih terdengar.

"Aiden?" sedikit menaikkan volume suaranya karena Meera benar-benar takut.

"Aiden?!!" begitu ia meninggikan lagi volume suaranya, suara dari langit-langit itu berhenti menyebabkan suasana yang hening.

Walau begitu, Meera memberanikan diri terus berjalan mencari Aiden.

Diujung sana, Meera melihat tangga yang belum ia lihat sedari tadi di villa ini.

"Bukannya villa ini hanya ada dua lantai? Lalu, itu tangga apa? Setauku hanya tangga itu (menunjuk tangga utama) yang mengantarkan ke lantai atas. Aku juga tadi nggak liat ada tangga disini" terheran-heran.
...
"Apa ada ruangan lain disana?" ia pun mendekati tangga perlahan.

"Dap!"
Tiba-tiba saja ada yang menepuk bahu Meera, membuatnya terkejut bukan kepalang.

"Woaaaa!!!! Aaaarrrggh!" Meera memukul Aiden.

"Mau kemana?" tanya Aiden.

"Dari mana?" Meera kembali bertanya.

"Kok balik nanya?"

"Kok nggak dijawab?" kata Meera seraya menaikkan dagunya.

"Aku jitak mau?" kata Aiden dengan nada gurauan.

"Aku jitak duluan!" Meera menjitak kepala Aiden, yang kemudian mereka saling berkejaran.

---
Rona, temannya sedanh mengkhawatirkan Meera, terus mencoba menghubungi.

"Gimana? Nyambung?" tanya Sintya.

Rona menggelengkan kepala, memanyunkan bibir.

"Dilacak juga nggak bisa. Kartu simnya dilepas" jelas Rona.

---
"Whoooaaaam" Meera menguap.
...
"Ha?!! Udah jam sebelas?" buru-buru ia terbangun.

Dari luar, terdengar suara gemelotak.

"Kamu sudah bangun?" tanya Aiden yang sedang memperbaiki pipa dapur.

"Kok kamu nggak bangunin aku?"

"Kamu belum makan kan?"

"Ya belum lah. Baru aja buka mata"

"Kita makan diluar yuk. Sate cumi di pinggir pantai" tawar Aiden.

"Waaah, mau!!" dengan girangnya.

Sementara Aiden memesan makanan, Meera menunggunya sembari berayun di ayunan kayu yang tergantung di pohon pinggir pantai, menghadap pantai pula.

Dari kejauhan, terlihat tiga orang perempuan sedang menikmati liburan di pantai dengan pakaian yang sedikit terbuka. Namun, saat salah satu dari mereka melihat seseorang yang berayun, dia seakan berbisik pada teman-temannya.

"Apa aku salah lihat? Itu Meera kan?" katanya.

"Mana?" sahut teman lainnya.

"Itu, diayunan. Meera kan? Mataku masih sehat, itu Meera!" serunya lagi.

Mereka menghampiri Meera.

Meera yang masih asyik berayun itu mengernyitkan dahinya.

"Apa mereka melihat kearahku?"
"Apa mereka menghampiriku?" katanya dalam hati.

MeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang