41. Langkah Baru

3.3K 290 6
                                    

Sesaat sebelum Barina pulang, Doni membuka pintu kantor dengan wajah lega. Mereka berpapasan di depan pintu. Mata mereka beradu beberapa saat. Doni menyapu pandangan ke seisi ruangan yang sudah gelap, lalu kembali memandang gadis di depannya.

"Belum pulang?" tanyanya basa-basi.

Gadis itu masih memandang dengan bibir terkatup dan muka datar.

"Mau pulang?" Lelaki itu melontarkan pertanyaan basa-basi lagi meskipun tetap tidak dijawab oleh Barina. "Gue antar." Dia menawarkan diri, kali ini tidak basa-basi.

Barina hanya menggeleng.

"Kenapa?"

"Bawa mobil," jawab gadis itu sambil lalu melewati Doni dan menaruh ibu jari di atas deteksi mesin absensi.

"Mobil lo simpan di sini aja. Besok gue jemput." Doni masih berusaha.

Barina berpikir sesaat tiba di depan lift.

"Please!" Doni memohon layaknya anak kecil dengan mengatupkan kedua telapak tangan di depan wajah.

Barina melirik sekejap lalu kembali memandang ke depan. "Oke," jawabnya sambil menekan lantai satu.

Doni meloncat kegirangan. Dia tidak melihat kalau Barina tengah mengulum senyum.

Sesampainya di lantai satu, mereka jalan beriringan ke parkiran. Satpam gedung menyapa mereka. Barina hanya melontarkan senyum, sedangkan Doni menggapaikan tangan. Sesampainya di parkiran, Barina menoleh ke arah mobil, memastikan kendaraannya baik-baik saja bermalam di sana.

"Tenang, aman," ucap Doni seakan tahu yang dipikirkan gadis itu.

Barina hanya menoleh sesaat dan berkata dalam hati, tau, mobil gue juga pernah bermalam di kantor.

"Mau makan malam?" tawar Doni.

"Masih kenyang. Tadi makan agak sore."

Doni menghentikan langkah sejenak di depan Barina sambil mengernyit dan memandang kaki gadis itu. "Pulang pakai sandal lagi?"

"Pegel seharian pakai sepatu." Baru saja dia melontarkan wajah sinis, Doni sudah terkekeh duluan.

"Iya gue tau. Mau langsung pulang atau ke mana dulu?" Lelaki itu melanjutkan langkahnya dan mengimbangi kecepatan langkah Barina.

"Kak Doni mau jalan, ya?" tebak Barina. Dia sekarang mulai memahami kode lelaki itu yang kerap bertanya tujuan.

Doni menyeringai seraya mengusap kepala belakang. "Ya ... ketauan."

Barina tersenyum melihat ekspresi Doni. "Ya udah. Lagi kepengin makan es krim di mall."

"Oke, Ayok!" Doni bersemangat dan membuka pintu mobil untuk Barina.

Gadis itu hanya mengernyit melihat sikap Doni yang berubah romantis. Setelah memastikan gadis itu masuk dengan aman, dia berlari kecil ke sisi satu lagi dan masuk lalu memasang sabuk pengaman.

"Berangkat!" Doni merubah persneling dan menginjak gas. Mobil itu melaju meninggalkan gedung pencakar langit.

Di perjalanan, Doni memberitahu tentang kedatangannya ke Bekasi. Dia berharap Barina menanggapi dengan terkejut, namun tidak dia dapatkan. Gadis itu memasang wajah datar dan tidak peduli. Ekspresi Doni yang bersemangat berubah drastis menjadi kecewa.

"Nggak senang, ya?" Dia menoleh sesaat lalu kembali menghadap depan.

Barina mengangkat bahu dan melemparkan pandangan ke jalan.

"Gue kira lo bakal senang dengar ini," ucapnya lirih.

Barina menoleh ke arah Doni. Rasanya, gadis itu ingin tertawa melihat wajah kecewa lelaki itu, namun sebisa mungkin dia tetap memasang muka tidak peduli. Dia kembali memandang jalanan ibu kota di malam hari.

Thirty SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang