48. A New Year, A New Life (final part)

9.7K 383 48
                                    

Menjelang pernikahan tidak semata-mata membuat Barina diam di rumah. Dia juga harus mengurusi pakaian bridesmaid beserta dengan jilbab dan aksesoris keenam sahabatnya, sebab merekalah yang kelak menjadi bridesmaid. Bukannya dia tidak ingin mengambil dari keluarga besar, hanya saja saat ini sahabatnyalah yang banyak membantu dalam segala hal. Pakaian itu sudah diberikan kepada mereka sambil memberikan undangan pernikahan. Sedangkan, undangan untuk tamu lain, sudah disebarkan oleh Bono beberapa hari lalu, meskipun tidak banyak.

Begitupun dengan Doni, lelaki itu pun juga menyiapkan pakaian yang akan dikenakan oleh groomsmen yang tak lain adalah lelaki dari keluarga besar yang didominasi laki-laki. Dia tidak memusingkan dalam pemilihan groomsmen sebab Nita sudah melakukannya tanpa diminta.

Selain mengurusi hal itu, diam-diam gadis itu pun menyiapkan diri untuk menjadi istri yang baik. Dia belajar bangun pagi dan menyiapkan sarapan, setidaknya selama seminggu ini menyiapkan sarapan untuk orangtua. Dia juga belajar memasak kesukaan Doni. Bahkan, dia juga belajar manajemen waktu dari pagi hingga malam. Pasalnya, setelah menikah dia tetap bekerja seperti biasa. Bulan madu yang sempat ditawarkan Doni kemarin pun terpaksa ditunda karena ada proyek yang terhambat dan harus segera diselesaikan sebelum masa kontrak kerja sama habis, kalau tidak bisa kena denda.

Di lain tempat, Doni juga menyiapkan sesuatu untuk gadis itu. Setiap sore usai dari menyalesaikan urusan, dia kerap membuka laptop dan berkelana di dunia google. Semua ini dilakukan untuk membahagiakan istri tercintanya kelak. Bahkan, dia sudah merencanakannya sejak lama tanpa gadis itu ketahui.

Di malam terakhir sebelum hari pernikahan, Barina diserang rasa cemas. Dirinya sendiri pun tidak tahu apa yang dicemaskan. Untuk mengurangi rasa cemas, dia alihkan dengan membaca buku pemberian Doni sewaktu pulang dari kafe Alexa minggu lalu. Lelaki itu memberikannya di mobil.

"Sebenarnya buku ini mau aku kasih ke Maya." Doni mengatakan sejujurnya. "Tapi, karena saat ini yang akan menjadi istriku adalah kamu, makanya buku ini aku kasih kamu." Dia memberikan buku yang masih terbalut kertas kado berwarna merah muda dengan motif bunga. Bungkusan itu masih rapi beserta pita putih yang melilitnya.

Barina sempat agak ragu untuk menerima pemberian itu karena niat awal Doni membeli buku itu bukan untuk dirinya. Ada sekelebat rasa cemburu dan menganggap dirinya seperti tempat sampah. "Kasih orang aja," ucapnya enggan menerima.

Doni mencoba memahami ekspresi datar gadis itu. Meskipun ekspresi ini sering dilihat, kali ini dia merasa Barina menyampaikan kekecewaan. "Kamu jangan mengira tempat pembuangan. Buku ini bagus dan isinya juga bagus untuk kebahagiaan pernikahan nanti. Aku juga udah baca, kok," jelas lelaki itu sebisanya.

Barina masih belum mau menerima. Dia menimbang-nimbang. Pada akhirnya, tetap menerima dengan berat hati. Hingga sampailah saat ini dia mengerti alasan Doni tetap memberikan buku itu kepadanya.

Ketika gadis itu tengah membaca, ponselnya berdering. Sebuah pesan dari Mega muncul.

------------------------------------------------------------------

Mega: Gimana perasaan lo, calon pengantin?

Barina: Deg-degan.

Mega: Pasti itu. Gue sama keluarga besok langsung ke lokasi aja, ya. Soalnya, suami gue belum balik dinas luar. Katanya malam ini.

Barina: Oke.

Mega: See you there.

------------------------------------------------------------------

Barina meletakkan ponsel kemudian melanjutkan membaca. Baru saja membuka buku, ponsel kembali berdering. Sebuah nama yang membuat hati gadis itu berbunga muncul di layar ponsel. "Halo." Dia menempelkan ponsel ke telinga.

Thirty SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang