26. Pernikahan Tidak Semanis di Film, Novel atau Dongeng

3.7K 307 21
                                    

Barina pun tak banyak bicara selama di perjalanan. Matanya lelah sekali. Dia baru sadar bahwa dirinya sudah menangis hebat tadi. Dia juga menyadari sudah menangis di pelukan Doni. Ada rasa canggung ketika menyadari itu. Dia malu bukan main. Doni berupaya untuk mengajak bicara selama perjalanan namun ditanggapi dengan respon dingin.

"Mau makan di mana?" tanya Doni sambil mengendalikan stir mobil.

"Terserah lo aja," jawab Barina singkat.

"Oke. Terserah gue, ya. Lo jangan protes," ujarnya mengejek Barina.

Gadis itu hanya diam. Tak ada respon apapun. Sikap Barina membuat Doni merasa serba salah untuk melakukan apapun. Dia sudah kehabisan akal untuk mengibur gadis itu.

Mobil berhenti di depan restoran. Barina sangat mengenali restoran itu. Dia mengernyit heran. Tanpa menunggu Barina bertanya, Doni langsung menanggapi ekspresi gadis itu. "Katanya terserah gue."

Barina menoleh ke lelaki itu. Dia mendapati sudah tersenyum menggoda.

"Ayo!" ajak Doni sambil melepaskan sabuk pengaman.

Barina masih terdiam dan tidak mengerti dengan alasan Doni untuk mengajaknya makan di restoran yang pernah meninggalkan kesan buruk.

Doni menunggu di luar sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. Barina mau tak mau menuruti meskipun setengah hati.

"Gue nggak mau tanya alasan lo. Lo udah tau tempat ini meninggalkan kesan nggak enak buat gue." Barina jalan begitu saja meninggalkan Doni yang masih berdiri di depan mobil.

Lelaki itu hanya tersenyum mendengar ucapan Barina. Tebakan dia benar. Kejadian beberapa hari lalu benar-benar membekas di ingatan gadis itu. Doni menekan tombol kunci mobil lalu menyusul Barina yang sudah masuk lebih dulu ke restoran. Di dalam restoran, Doni mendapati Barina sudah duduk di sebuah meja yang jauh dari pintu masuk sambil melepaskan ikat rambut. Gadis itu merapihkan rambut dengan jemarinya yang lentik. Doni mematung tak jauh dari meja tempat Barina duduk. Dia memperhatikan gadis itu lamat-lamat. Heran, kenapa gue senang lihat dia, ya?" batinnya. Dia terkesiap ketika mata mereka beradu. Sebelum gadis itu bertanya, Doni sudah melangkahkan kaki mendekati meja itu. Dia menarik bangku di seberang Barina.

Seorang pelayan datang membawa menu. Mereka memesan makanan sesegera mungkin karena perut sudah sangat lapar. Apalagi, menangis benar-benar menguras energi. Usai mereka memasan makanan, pelayan meninggalkan mereka. Cukup lama mereka berada di keheningan. Tak ada yang berinisiatif untuk membuka pembicaraan. Barina sibuk menatap layar ponsel sambil menarikan jemari di sana. Doni pun tak mau ketinggalan. Dia pun sibuk menatap layar ponsel. Dia membuka email kantor dan mengecek grup, barangkali ada laporan progres dari karyawan.

Sampai minuman datang, tak ada pembicaraan di antara mereka. Doni sadar, ini tidak baik dalam sebuah makan malam. Benar-benar tidak menyenangkan dan canggung untuknya. Sebenarnya, Barina juga menyadari itu. Tapi, dia tidak tahu harus bicara apa? Situasi di rumah sakit tadi benar-benar membuat dirinya merasa malu dan tidak enak. Rasanya, ingin langsung pulang saja, namun perut berkata lain. Dia tidak mau tidur dalam keadaan kelaparan.

Makanan pun tiba. "Di ma ...." Baru saja Doni ingin menyilakan makan, gadis itu sudah memasukkan suapan pertama ke dalam mulut. Dia hanya menggeleng. Ini pertama kali melihat perempuan dalam keadaan lapar. Dia tersenyum sambil memotong beef steak lalu memasukkan potongan itu ke dalam mulut. Pada saat makan pun mereka tidak juga bicara. Beberapa kali Doni melihat Barina meringis kesakitan sambil memegang perut. Dia ragu untuk menanyakan hal itu, takut-takut Barina tidak terima. Suasana hati gadis itu sedang tidak baik.

"Bar, sekarang lo udah enakan?" tanya Doni membuka pembicaraan.

Barina mengangguk.

Doni memegang ponsel lagi. Dia melirik gadis itu sebentar. "Bar, lo percaya nggak orang bisa menemukan jodoh dari sebuah aplikasi?" Mungkin pertanyaan ini tidak menarik perhatian Barina, setidaknya ada usaha untuk membuka pembicaraan.

Thirty SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang