22. Menikah Memang Gampang, Memegang Komitmen yang Susah

3.7K 311 5
                                    

Doni tertidur dalam posisi duduk di sofa ruang tamu. Nampaknya dia menunggu lama. Barina terlalu nyaman berada di bawah pancuran sambil merileksasi tubuhnya. Hal ini membuat dia lupa bahwa ada orang yang tengah menunggu di ruang tamu. Seusai Barina mandi dan berpakaian rumah, dia menengok lelaki itu. Dia mendapati Doni tengah tertidur. "Kasihan," lirihnya. Dia kembali ke dalam dan beralih ke dapur. Gadis itu menuntaskan janjinya, membuat mi instan. Kebetulan, dia juga lapar.

Gadis itu meletakkan panci berisi air di atas kompor lalu membuka dua bungkus mi instan. Dia membuka lemari pendingin untuk mengambil dua butir telur lalu di letakkan di samping mi instan. Sambil menunggu air mendidih, gadis itu mencuci beberapa buah jeruk yang baru saja dibeli di supermarket sepulang kerja tadi. Dia memotong masing-masing menjadi dua bagian lalu mengambil alat pemeras jeruk. Diperasnya satu-persatu. Hasil perasan dibagi dua dan dituangkan ke dalam dua gelas. Dia menambahkan gula secukupnya lalu sedikit air panas untuk melarutkan gula. Ketika hendak menambahkan air ke dalam gelas, air rebusan mi sudah mendidih. Gadis itu beralih ke dua butir telur. Dia memecahkan keduanya dan dimasukkan ke dalam air mendidih. Disusul dengan memasukkan mi instan. Dia mengaduk dengan teliti. Memastikan kuning telur tidak pecah. Barina mematikan kompor setelah memastikan mi sudah matang. Dia meraih dua buah mangkuk putih berbahan melamin lalu memasukkan semua bumbu ke dalam mangkuk. Perlahan memasukkan mi. Dia harus memastikkan porsi sama banyak. Telur dimasukkan ke dalam mangkuk dengan perlahan. Dia letakkan di atas tumpukkan mi. Terakhir, menuangkan kuah mi. Gadis itu mengambil botol berisikan bawang goreng dari laci dapur kemudian menaburkannya di atas telur setengah matang. Setelah mi sudah siap, dia kembali ke dua gelas perasan jeruk. Dia menambahkan air hingga setengah gelas kemudian mengaduknya lagi. Terakhir, dimasukkan beberapa buah es batu. Es jeruk dan mi instan ala Barina sudah siap dinikmati. Barina meletakkan itu semua di atas meja makan. Ditata serapih mungkin. Tidak lupa menaruh sendok dan garpu di samping mangkuk mi dan dua gelas berisikan air putih. Setelah memastikan semuanya rapih, dia kembali ke ruang tamu untuk membangunkan Doni.

"Kak Doni!" Barina menggoyangkan bahu Doni dengan pelan.

Doni sontak terbangun dan menyadari dia sudah tertidur. "Ah, maaf ketiduran," ucapnya sambil mengucek mata.

"Iya, nggak apa-apa. Jadi mau makan mi instan?" Barina mengingatkan maksud dan tujuan awal.

Doni menegapkan posisi duduk. "Jadi, dong. Gue udah lapar dari tadi. Lo mandinya kelamaan."

Barina menyeringai, memamerkan gigi putih yang sudah bersih. "Udah siap makanannya. Ayo!" Gadis itu berlalu kembali ke meja makan, diikuti Doni dari belakang.

Mereka duduk berseberangan. "Wah, makan mi instan aja mewah begini," ujarnya niat memuji Barina.

Barina tidak mengerti. "Mewah gimana? Cuma mi instan aja. Mau pakai saus?"

Doni menggeleng. "Rasa original lebih nikmat." Matanya beralih ke es jeruk.

"Suka?" Barina memastikan tidak salah penyajian.

Doni mengangguk. "Suka, dong. Gue coba, ya." Lelaki itu meminta izin untuk mencicipi es jeruk buatan Barina.

"Silakan!" Mata Barina terbuka lebar ketika Doni mulai mencicipi es jeruk buatannya. Dia menunggu kata apa yang keluar dari mulut lelaki itu.

Doni mendesah nikmat. Kerongkongannya segar terkena dingin dan manisnya es jeruk. "Segar. Mi bisa gue makan?" Doni terlalu sopan untuk ukuran lelaki. Untuk makan saja harus meminta izin terlebih dulu. Hal ini membuat Barina tertawa geli.

"Iya, boleh, lah. Gue masak, kan, emang buat dimakan," jawabnya sambil terkekeh.

Mereka diam dalam kenikmatan masing-masing. Percaya atau tidak, mi instan itu memang nikmat disantap ketika tubuh sedang lelah. Apalagi ditambah es jeruk yang segar dan manis.

Thirty SucksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang