Barina duduk di sofa putih pada fitting room di sebuah bridal groom di Jakarta. Tempat ini direkomendasikan oleh teman arisan Nita. Meskipun Barina sudah bilang kepada calon mama mertuanya bahwa dia memilih untuk menyewa kebaya saja, namun demi menyenangi wanita itu, Barina mengikuti kemauannya. Apalagi tema pernikahan yang ditawarkan Nita sangat sederhana meskipun mengharuskan memesan gaun indah dan cukup dihargai mahal. Alasan wanita itu adalah agar gaun tersebut bisa menjadi pengingat di saat ada pertengkaran rumah tangga dan masa tua serta dapat diturunkan kepada anak perempuan.
Barina meletakkan katalog gaun yang sedari tadi dilihat bolak-balik ketika tirai terbuka lebar. Di sana Doni tengah berdiri di antara cermin besar di kiri-kanan-belakang. Lelaki itu berdiri mengenakan groom suit dan vest putih dengan dasi biru laut yang terselip di balik vest. Lelaki itu berdiri sambil memasukkan tangan ke dalam saku celana dan memandang kekasihnya yang terpesona dengan penampilannya.
"Nggak pernah lihat laki-laki tampan, ya?" godanya.
Barina mendesis sebal. "Baru aja mau muji, tapi nggak jadi."
Doni terkekeh. "What do you think?"
Barina bersandar lalu melipat kedua tangan di depan perut. "Nice. You're like a prince. I like it so much." Gadis itu mengangkat kedua ibu jari.
"Oh, I knew it. Jadi oke, ya?" Doni memastikan lagi, takut Barina berubah pikiran. "Ini cuma untuk malam pestanya aja. Kalau akad, aku pakai songket sama atasnya pakai ...." Belum selesai lelaki itu menjelaskan, sudah dipotong oleh Barina.
"Aku udah tau, Sayang. Mama udah jelasin," potongnya.
Ini pertama kali Doni mendengar Barina memanggil dengan sebutan 'sayang'. Dia memegang dada yang terasa jantung mau copot secara tiba-tiba.
Melihat tingkah Doni, Barina bertanya, "kenapa?"
"Aku rasanya mau pingsan."
Barina segera beranjak dari sofa dan bergegas mendekati lelaki itu lalu memegang tangannya hendak menuju sofa. Tetapi, lelaki itu langsung menarik lengan Barina dan mengecup lembut kepalanya. "Makasih udah dipanggil 'sayang'. Aku terenyuh." Dia membelai kepala gadis itu. Karyawan yang melayani hanya tersenyum melihat keromantisan mereka. Sebenarnya, karyawan itu sudah biasa melihat kemesraan calon pengantin.
"Ish, kebiasaan, deh." Barina menepuk pelan pinggang Doni kemudian kembali duduk di sofa sebelum lelaki itu menyadari bahwa wajahnya mulai memerah. Dia meraih katalog dan berpura-pura melihatnya untuk menyembunyikan rasa malu.
Melihat Barina kesal, Doni hanya tertawa dan meminta karyawan yang melayaninya untuk menutup tirai kembali. Tak lama lelaki itu muncul dengan kaus yang dikenakan ketika datang ke sini, kemudian duduk di samping Barina yang masih melihat katalog.
"Gitu aja ngambek," godanya.
Barina menutup katalog dan bergeser memandang Doni. "Bukan ngambek, tapi malu. Nggak lihat tadi diketawain sama Mbaknya?" bisiknya.
"Malu? Kenapa harus malu? Harusnya kamu bangga karena mau menikah." Doni mengangkat sebelah alis. "Sana cobain gaunnya. Aku mau lihat kamu secantik apa, sih?" Doni mengusap dagung dengan telunjuk dan ibu jari.
Barina beranjak dari sofa dan berdiri sejenak di depan Doni. "Pasti cantik, lah. Kalau nggak cantik, Kak Doni mana mau menikah sama aku." Gadis itu menjulurkan lidah, mengejeknya lantas menuju ruang ganti.
Doni menggeleng sambil tersenyum melihat punggung Barina. Baru kali ini dia melihat gadis itu bersikap seperti anak kecil. "Kalau udah jadi istri, habis kamu aku peluk," ucapnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thirty Sucks
ChickLitTAMAT Rank #1 of hashtag 30: 6 - 19 Feb 2019 1 - 12 Mar 2019 19-26 Mar 2019 30 Sep-3 Okt 2019 19 Jun - 1 Juli 2020 11 Nov - 5 Des 2021 12 Des - 31 Des 2021 1-2 April 2024 Rank #1 of hashtag engagement 9 - 13 Aug 2020 6 - 7 Des 2020 25 May 2021 - 20...