This will be the end

2.5K 369 6
                                    

ternyata ada juga yang mau baca fanfic ini, hehehe enjoy yaa

happy readings....



oOo



Mungkin sudah kesekian kalinya Yireon  harus ditinggal seorang diri di Seoul. Meskipun berita selalu menampilkan dampak buruk jika orang-orang masih nekat bepergian keluar negeri, ternyata masih banyak orang kaya yang tetep pergi untuk urusan bisnis. Termasuk kedua orang tua Yireon.

Yireon lebih suka tinggal di Mansion nomor 5 ketika sedang tak bersama orang tuanya. Ia lebih suka sendirian dibanding tinggal di Mansion utama yang cenderung lebih ramai karena menampung banyak pelayan yang bekerja. Mansion 5 dibuat khusus untuk keluarga, diurus sendiri tanpa bantuan pelayan.

Rasanya sudah terlalu sering Seoul di guyur habis-habisan oleh hujan. Namun hujan yang sering sekalipun tak mampu melenyapkan virus di udara. Seolah-olah tak ada lagi cara untuk memulihkan udara di bumi.

Yireon tidak membawa mobil, ia sedang menunggu bus di halte. Tangannya terulur menanai air hujan yang jatuh dari atap halte. Ia menikmati air dingin yang mengapung di telapak tangan, hingga tiba-tiba saja satu hal terlintas di kepala.

Genangan air di telapak tangannya merosot jatuh ke lantai bersamaan dengan gadis itu bergerak membuka resleting tas. Ia merogoh isi tas lalu menemukan beberapa kunci yang diikat bersamaan.

"Yireon, ini hanya untuk berjaga-jaga. Ayah dan Mama tidak tahu pasti kapan akan kembali, tapi ketika kekacauan itu datang, segeralah pergi ke kapal dan menjauh dari pantai. Tunggu kami di china."

Kunci ini baru diserahkan oleh ibunya beberapa hari yang lalu. Yireon masih ingat pesan yang orang tuanya sampaikan sebelum mereka pergi jauh beberapa saat yang lalu.

"Kekacauan apa?" Gumam Yireon pelan sambil menatap kunci di tangannya.

Tinn...

Yireon terkejut karena bunyi klakson yang cukuk nyaring.

"Nona, ingin naik apa tidak?"

Karena terlalu asik melamun, Yireon sampai tidak sadar kalau bus tujuannya sudah berhenti. Tanpa berlama-lama ia langsung memasukkan kunci tersebut ke dalam tas lalu berlari kecil memasuki bus. Ia tak berniat menunggu lima belas menit lagi untuk bus selanjutnya.



• • •



Karina memainkan pulpen diatas meja, matanya menatap papan tulis tetapi pikirannya sedang tidak fokus. Ada banyak hal yang ia pikirkan sehingga dosen di depan kelas tak ia perhatikan.

Mungkin memang benar kalau Karina selalu pusing memikirkan masalah hutang properti, namun bukan itu yang mengganggu pikirannya saat ini. Tetapi sebuah kejadian beberapa malam lalu yang telah menghantui isi pikirannya.

Di malam yang sepi itu, setelah turun dari bus Karina masih harus berjalan kaki untuk sampai ke rumah. Dari ujung jalan, Karina bisa melihat seseorang sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Langkah orang itu terlihat tidak beraturan seperti sedang mabuk.

"Ya, mungkin dia mabuk."

Karina menepis jauh-jauh rasa takutnya karena mungkin saja orang itu sedang mabuk setelah mengalami hari yang berat.

Namun, ketika orang itu semakin dekat, prilakunya semakin aneh membuat Karina semakin ketakutan hingga mempercepat langkah kakinya untuk pergi jauh.

[1] WALKERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang