About her

1.2K 207 3
                                    

baiklah yeorobun, tibalah kita dibagian mereka di perjalanan menuju shanghai setelah tertunda

enjoy dan selamat membaca....






oOo

Tiga puluh menit sudah kapal yacht meninggalkan dermaga, mereka telah kembali pada urusan masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga puluh menit sudah kapal yacht meninggalkan dermaga, mereka telah kembali pada urusan masing-masing. Siyeon menatap daratan yang semakin menjauh, sudah tiba saat dimana mereka akan meninggalkan kenangan di masa lalu untuk menghadapi masa mendatang.

Tidak terlalu jauh dari tempat Siyeon berada, Jeno datang dari ruang bawah setelah menyimpan barang-barangnya dikamar. Perhatiannya tertuju pada Siyeon yang menyendiri, dia diam dan hal itu bukanlah pemandangan baru karena menurutnya dia memang pendiam selama di kampus. Biasanya, tatapan mata Siyeon tegas dan raut wajahnya memancarkan aura jutek, kali ini hanya ada kesedihan disana.

"Kau mengenalnya?" Yeonjun datang menghampiri Jeno karena diam-diam memperhatikannya beberapa kali melihat kearah Siyeon.

Kening Jeno berkerut menanggapi kedatangan Yeonjun, namun meskipun demikian ia tetap menjawab dengan nada santai, "Tidak juga." Yeonjun menggigit bibir bawahnya seakan ingin mengatakan sesuatu namun keraguan membuat lidahnya tertahan, dan hal itu disadari oleh Jeno.

"Kenapa?"

"Baru-baru ini dia kehilangan ibunya."

Jeno terdiam saat matanya menatap Siyeon, pantas saja dia terlihat sedih karena dia baru saja kehilangan orang paling berharga dalam hidupnya. "Aku turut berduka cita." Otaknya terlalu buntu untuk memikirkan apapun selain ucapan belasungkawa. Lagi pula Siyeon tidak membutuhkan ucapan prihatin itu darinya.

"Kami menemukan mayat ibunya dalam keadaan tercabik."

"Ibunya korban kekacauan malam itu?"

Yeonjun mengangguk.

Jeno terdiam seribu bahasa, pasti sangat menyakitkan menyaksikan orang tersayang harus mati dalam keadaan tidak manusiawi. Wajar saja perasaan Siyeon sangat kacau. Bahkan untuk ukuran lelaki seperti Jeno saja masih menangis meninggalkan kakaknya yang terbaring sakit sendirian, atau buruknya sekarang sudah berubah menjadi mayat berjalan.

"Dia tangguh dan dapat mengendalikan kesedihannya, aku merasa takjub. Dia pasti cepat pulih dari kesengsaraan ini." Ucap Yeonjun.

Selama ini Jeno memang selalu melihat ketangguhan dalam diri Siyeon, melihat keberanian melalui sorot matanya ketika ada yang mengusiknya. Sikap angkuh dan pemberaninya itulah yang membuat Jeno suka mengganggunya karena ada hiburan tersendiri. Namun, di balik itu dia hanya gadis lemah yang pantas untuk dilindungi.

Yireon menuruni tangga ke bagian tengah kapal, memanggil semua orang untuk berkumpul karena ada sesuatu yang harus dibicarakan bersama. Tak berselang lama kemudian satu persatu mereka mulai berkumpul.

[1] WALKERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang