Confused

925 194 11
                                    

yeayy fanfic ini udah semakin mendekati end. cuma mau mengatakan terima kasih atas votenya untuk para pembaca baru yang mampir ke book ini.

enjoy dan selamat membaca....





oOo


Kegelapan mengelilingi mansion. Cahaya lilin menjadi satu-satunya penerangan, mengingat ketika malam hari zombie akan sangat peka terhadap cahaya. Selain itu, zombie juga peka terhadap suara dan aroma darah segar. Mengalami hal seperti ini membuat mereka seolah terbawa kembali ke masa lalu, dimana listrik belum ditemukan. Tentu membutuhkan pembiasaan cukup lama karena mereka hidup di masa modern, bukan masa lalu.

Keheningan malam seakan menjadi bukti betapa mengerikannya para zombie kelaparan yang mengaum di luar tembok.

Di malam yang hening ini Yeonjun tidak dapat tidur, pikirannya sedang berkelana kemana-mana sementara yang lain sudah tertidur pulas. Rasanya aneh bagi Yeonjun tidur tanpa merasakan tempat tidur yang bergerak kecil mengikuti arus ombak. Karena tidak bisa tidur, akhirnya Yeonjun memutuskan pergi keluar kamar.

"Mungkin aku bisa tidur setelah mencari udara segar." Pikirnya.

Ketika hendak menuruni tangga, tidak sengaja Yeonjun mendengar samar-samar seseorang sedang berbincang satu sama lain. Karena penasaran ia sengaja diam disana untuk mendengarkan lebih banyak, namun sayangnya tidak ada satu pun kata yang mereka ucapkan dipahami oleh Yeonjun. Ya, wajar saja karena mereka orang China, sedangkan dirinya Korea.

''Sebenarnya apa yang mereka bicarakan, terdengar penting." Yeonjun bergumam pelan lalu bersiap ingin menguping lagi—

"Kau sedang apa?"

—namun ia di kagetkan oleh seseorang yang bersuara berat datang dari belakang secara tiba-tiba.

"Kau menguping kami?"

Yeonjun berbalik. Keningnya berkerut menatap pemuda bersuara berat tadi. Kalau ia tidak salah menebak, orang yang berdiri di sebelah pemuda bersuara berat itu adalah orang yang disebut sebagai tuan muda disini. Lebih mengejutkan lagi, dia bicara menggunakan bahasa korea.

"Walau kalian membicarakan hal paling rahasia sekalipun, aku tidak mengerti." Ujar Yeonjun berterus terang.

Chenle tampak acuh kemudian memilih berlalu pergi saja, sedangkan pemuda bersuara berat tadi tetap tinggal. "Dia agak moody hari ini." Ujarnya agak berbisik.

Yeonjun mengangguk menanggapinya.

"Ngomong-ngomong, aku Lucas."

"Aku Yeonjun— bahasa korea mu bagus."

Pemuda bernama Lucas itu tersenyum miring, merasa bangga atas pujiannya. "Sebelum kekacauan terjadi, aku dan tuan muda sering pergi ke Korea. Jadi, ya, aku belajar."




* * *



Sinar mentari pagi menyambut Yireon saat pertama kali membuka mata. Pagi ini, ia bangun dalam kondisi tubuh yang nyaman. Rasanya sudah lama sekali tak merasa demikian.

Yireon mengedarkan pandangannya ke ujung ruangan. Di sana ada Eunbin tengah membaca buku, sedangkan Siyeon masih terlelap disebelahnya dan Karina tidur nyaman di sofa luas yang beraroma wangi.

Eunbin mengintip sedikit dari balik buku, dapat ia lihat Yireon sudah bangun namun tidak bersuara sejak tadi. Dia hanya diam menatap ke arah luar jendela.

"Menurutmu sampai kapan keindahan ini bertahan?" Yireon tiba-tiba bersuara. Tentu Eunbin tahu dia sedang bicara padanya, karena di ruangan ini hanya dirinya dan dia saja yang sudah bangun.

[1] WALKERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang