Last seen, good bye

1.6K 305 7
                                    

haloo

aku bakal mengusahakan update setiap hari biar cepet selesai merevisi fanfic ini, males jadi pikiran jadinya mau cepetin selesai aja

happy readings....


oOo


Malam mencekam membawa perasaan gentar bagi Yeonjun dan Siyeon yang terus berusaha berlari menembus jalanan penuh kekacauan menuju kesenyapan. Tak terhitung mayat tergeletak di jalanan yang dingin. Indra penciuman mereka pun dapat merasakan udara telah bercampur dengan aroma darah segar yang mulai membusuk.

Manusia seakan hilang akal, mereka berlarian mencari perlindungan dan menyerang orang lain ketika merasa terancam. Mereka menginjak mayat-mayat di jalanan seolah biasa dilakukan.

"Itu rumahku." Siyeon mempercepat langkahnya tanpa memperhatikan sekitar hingga ia tidak sadar ada tangga yang akan jatuh menimpa didepan.

Brakk..

Siyeon memejamkan mata karena terkejut, namun tak ada rasa sakit yang ia rasakan. "Hati-hati. Perhatikan jalanmu." Ia pun perlahan membuka mata melihat Yeonjun menahan tangga tersebut.

"Terima kasih."

Yeonjun mengangguk lalu menarik tangan Siyeon, membawanya masuk ke dalam rumah yang bernuansa cat putih.

"Ini rumahmu, kan?"

Siyeon mengangguk.

Suasana rumah begitu sunyi dan sepi seperti tanda ada tanda kehidupan disini. Tidak ada penerangan apapun, hanya bau amis tercium dimana-mana.

"Ibu?" Berhati-hati Siyeon menyusuri ruang tengah dengan bantuan penerangan senter. Ia memanggil ibunya beberapa kali namun tidak ada satupun sahutan. Sedangkan dibelakang Yeonjun terus mengikutinya.

"Ibu?" Panggilnya lagi dan masih belum ada sahutan.

Perasaan Siyeon mulai tidak enak. Bau amis darah semakin tercium ketika ia memasuki area ruang tengah. Dengan perasaan takut mengarahkan senter ke dinding, memperlihatkan dinding yang penuh percikan darah.

"Haaa!" Siyeon reflek menutup mulut. Kakinya mendadak lemas hingga ia terjatuh ke lantai. Yeonjun langsung menghampiri, membawanya ke dalam pelukan. Ia tahu betapa hancur dia ketika suara isakan mulai terdengar.

"Ibu..." Sekelebat kenangan terlintas di benak. Siyeon melepas pelukan Yeonjun untuk menghampiri tubuh ibunya yang telah tercabik dibalik sofa.

"Ibu, kumohon...."

Hati Yeonjun berdenyut seolah ia bisa merasakan kesedihan yang dirasakan Siyeon. Dia memeluk tubuh ibunya yang bersimpah darah. Menangis sambil menggumamkan kata-kata penyesalan karena datang terlambat.

"Aku sudah datang, ibu." Siyeon menyingkirkan rambut yang menutupi wajah ibunya. Hatinya semakin hancur membayangkan takkan pernah melihat senyuman hangat darinya lagi. Ia telah dibutakan kesedihan.

"Maafkan aku karena tak datang lebih cepat." Bisik Siyeon sesenggukan.

Air mata Yeonjun menetes karena merasa dibawa kembali ke masa lalu, dimana ia melihat ibunya meninggal. Rasa sakit itu masih membekas, namun ia harus kuat untuk menenangkan Siyeon. Salah satu dari mereka harus kuat.

Siyeon terus menggumamkan kata penyesalan. Darah ibu ditangannya mulai kering. Matanya sembab akibat terlalu lama menangis. Ia tak bersuara lagi, hanya sesenggukan mengutarakan penyesalannya atas keterlambatannya untuk datang.

"Siyeon..." Setelah diam cukup lama, Yeonjun akhirnya bicara. Siyeon hanya berdeham meresponnya, terlalu sulit baginya untuk sekedar membuka mulut.

"Sebaiknya kita segera kubur tubuh ibumu dengan cara yang layak. Aku akan membantu menggali tanah." Yeonjun tahu akan sulit bagi Siyeon menerima kenyataan. Jika dia bisa egois, dia mungkin akan memilih bersama mayat ibunya lebih lama lagi, tetapi hatinya begitu tegar untuk melepas kepergian sang ibu selamanya.

[1] WALKERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang