Chaos begins

2K 335 11
                                    

sebisa mungkin aku bakal cepat menyelesaikan merevisi fanfic ini

sejauh ini gimana menurut kalian? seru kah?

happy readings....

oOo


Keributan benar-benar menghancurkan pusat kota Seoul. Banyak orang-orang yang melakuian pemberontakan untuk mencari keadilan. Karena amarah yang memuncak, mereka tak lagi ragu-ragu merusak properti dan membakar beberapa halte agar berhenti beroperasi. Keadaan semakin mencekam ketika listrik padam sekitar dua jam yang lalu, menyesuaikan dengan protokol pemakaian daya listrik yang sudah di tetapkan oleh pemerintah dalam per-hari sejak ledakan CDC. Hanya cahaya dari kobaran api yang menerangi kota.

Sepertinya kewarasan umat manusia sudah dititik penghabisan, membuktikan kalau mereka tidak takut sedikitpun untuk saling membunuh karena terdesak. Hal mengerikan ini tentu tak luput dari pandangan Yeonjun. Dia hanya berani mengintip dari dalam kafe, dan merasa ketakutan sekujur tubuh.

"Ini gila." Yeonjun memilih mundur, pemandangan diluar sana membuat perutnya mual, "Kita seharusnya tidak keluar malam ini."

Karina duduk bersimpuh di balik meja kasir, ia terlalu takut melihat pemandangan diluar sana. Itulah mengapa ia lebih memilih bersembunyi saja. "Aku tahu, jangan terlalu menampakkan dirimu, aku khawatir kau menjadi sasaran empuk mereka."

Yeonjun menghampiri Karena. Gadis itu masih berusaha menghubungi seseorang meskipun terhambat oleh koneksi buruk.

"Siapa yang kau coba hubungi?"

"Jangan pikirkan aku. Pikirkan saja bagaimana caranya kita pergi dari sini, aku tidak mau mati konyol karena pemberontakan mereka." Karina masih tidak menyerah menghubungi orang itu.

"Tidak ada gunanya menghubungi polisi. Orang-orang gila itu bahkan membunuh polisi, apa yang kau harapkan?"

"Diamlah! Aku tidak menghubungi polisi, aku tahu itu percuma."

Yeonjun duduk bersandar, mengusap wajahnya dengan gusar. "Sudah ku bilang, seharusnya kita menurut saja diam dirumah. Ini semua karena sifat keras kepalamu itu."

"Kau menyalahkan ku?" Awalnya Karina tak terima, tetapi mengingat memang dirinya penyebab mereka ada disini membuatnya terdiam. "Baiklah, ini salahku."

"Bagus, jangan repot membela diri." Ujar Yeonjun bergumam pelan.

Karina mendesis padanya. Ia semakin frustasi karena tak ada satupun orang yang mengangkat telfon darinya.  Koneksi buruk mempersulit segala hal.

"Yeonjun, aku harus naik ke tempat yang lebih tinggi."

Yeonjun memperhatikan ke sekitar, melihat banyak meja dan kursi yang tersusun secara acak membuatnya mendapat sebuah ide. "Karina, bantu aku menumpuk meja-meja itu." Mereka bekerja sama dengan baik. Menupuk setidaknya tiga meja dengan satu kursi di paling atas.

"Apakah itu cukup tinggi?"

"Ya...." Karina mengangguk, "Kurasa itu cukup tinggi. Ayo bantu aku naik."


• • •


"Hey Siyeon...." Yireon menepuk-nepuk pelan pipi Siyeon ketika melihat dia mulai membuka mata perlahan. Dia pingsan cukup lama, mungkin selama hampir tiga jam.

"Siyeon?" Yireon memanggil namanya lagi, namun masih belum terdengar sahutan dari gadis itu. Tak ada respon dari Siyeon membuatnya menjadi sedikit lebih khawatir dari sebelumnya. "Jangan mati sekarang." Yireon meraih botol air kemudian ia membuka tutupnya lalu menumpahkan air di dalamnya ke wajah Siyeon tanpa beban.

[1] WALKERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang