Ya. Kau tercipta karena semesta salah perhitungan. Jadi kau tidak berhak mendapatkan apa yang sepantasnya diperoleh mereka yang telah disengaja kehadirannya. Selamat menikmati cintamu yang tidak terbalas.
***
Pada cermin terpantul rupa tubuh telanjangku yang penuh cela. Salah satu alasan dia tidak pernah memandangku lama selain karena yang dicintainya tidak memiliki apa yang aku punya. Sebentar. Bagaimana kalian memahami kalimat 'yang dicintainya tidak memiliki apa yang aku punya?' Tentu saja maknanya adalah ketidakindahan lekuk raga dan parasku ini.
Bagi para manusia nirmala, mereka akan merasakan jenis luka yang lebih sedikit ketimbang orang-orang sepertiku. Mereka tidak merasakan pedihnya tidak dicintai olehnya karena aku tidak enak dipandang. Mereka tidak merasakan sulitnya berdamai dengan diri sendiri karena takdir menggariskan aku tidak menyandang predikat rupawan.
Kau yang membaca ini mungkin menjawab, 'Ah, tidak ada ciptaan Tuhan yang buruk.'
Ah, dan bukankah Tuhan menciptakan apa saja di bumi ini berpasangan-pasangan. Langit dan bumi. Hitam dan putih. Untuk apa pula ada kata cantik, tampan, dan buruk rupa kalau pada akhirnya keelokan setiap manusia itu sama. Kepada siapa kata cantik dan tampan ditujukan? Kepada siapa pula kata buruk rupa ditujukan?
Hei, hidup dan segala tentangnya itu membias ke banyak arah. Yakini segala sesuatu yang menurut kau benar. Seperti mempercayai bahwa setelah kau dapat secara sadar menggunakan akalmu, kau menyadari bahwa hidup ini adalah pilihan dan orang yang tidak sependapat tak punya hak memaksa dan melarang kau memilih sesuatu.
Dan kurasa aku akan memutuskan untuk...
memutuskannya.
Dari kejauhan klakson kereta mendengking nyaring, sedang dalam dadaku ada gemuruh hebat. Apakah kiranya aku terlalu terburu-buru? Kau tidak mengajakku ikut tapi aku akan selalu menyertaimu.
Dari kejauhan klakson kereta mendengking nyaring, lagi. Tidak, kali ini aku tepat waktu. Kau tidak mengajakku ikut tapi aku akan selalu
jatuh padamu.
Kupunggungi macet yang semakin penuh sesak dengan rutukkan mereka yang terjebak karenanya dan aku memanglah sedang lari dari masalah. Kulangkahkan ke depan walau tidak ada barang satupun tempat untukku berpijak di sana.
Ya. Aku tercipta karena semesta salah perhitungan. Jadi aku tidak berhak mendapatkan apa yang sepantasnya diperoleh mereka yang telah disengaja kehadirannya. Tenang saja. Aku sangat menikmati cintaku yang tidak terbalas, sekarang. Kabut itu telah tersibak. Aku telah melihat dengan lebih jelas.
Yang ketiga kalinya, klakson kereta mendengking nyaring.
"Tapi,
kita semua bebas mencintai siapapun yang memang benar-benar kita cintai, kan?"
![](https://img.wattpad.com/cover/157214134-288-k979349.jpg)