Rokok

174 32 0
                                    

(Ditulis untuk temanku, Sulthan.)

Sore sedang pekat-pekatnya saat itu. Guntur meraung-raung, berpadu dengan kemilap kilat. Sempurna menyiratkan kemurkaan tak terbendung dari awan-awan gemuk yang menduduki langit. Perlahan, amarah itu akhirnya meluruh, menjadi titik-titik air yang tumpah ruah membanjiri jalanan dan atap warung kopi tempat kau menyalakan rokokmu.

 Perlahan, amarah itu akhirnya meluruh, menjadi titik-titik air yang tumpah ruah membanjiri jalanan dan atap warung kopi tempat kau menyalakan rokokmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku ingin menjadi rokok yang kau hisap hingga habis. Kan kurelakan tubuhku terbakar demi kepuasanmu. Tak mengapa nanti kau buang sisa diriku ke asbak karena kuyakin mulutmu masihlah beraroma aku.

Siapapun yang kau kecup setelahnya akan menyadari aku telah lebih dulu menjamah bibirmu sebagai sebatang rokok yang menemanimu di sore hari sepulang sekolah sembari menunggu reda.







Credit pict:
1. IG @bin.cloud

Random Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang