Aku mengeluarkan semua barang dalam kotak itu, kotak kardus berwarna cokelat polos biasa tanpa rangkaian hiasan. Kupandangi dan kuraba-raba setiap benda di dalamnya. Kubaca tulisan apapun yang tertulis. Seolah-olah aku sedang membongkar pasang dirimu. Kugenggam jantungmu, kubaca isi otakmu. Sampai akhirnya kukembalikan lagi seperti semula lalu kututup dan kuberi selotip.
Kamu yang melihatku bersusah payah mengangkatnya menuruni tangga kemudian menghampiri dan meraih kotak ini dari kedua tanganku. Kotak itu, kotak yang seperti kamu. Aku mengelak. Kamu mulai penasaran karena merasa tak melihat kotak itu sebelumnya padahal kotak ini kotak biasa sama seperti kamu yang terlihat biasa di antara jutaan orang lainnya.
Kamu bertanya hendak kubawa kemana kotak ini. Aku jawab, 'Aku ingin membakarnya.'
Kamu tidak terkejut. Kamu menawarkan untuk menaruh kotak itu di gudang dan suatu saat kita akan memanggil seorang pengepul barang rongsokan untuk diangkut bersama barang-barang lain tapi aku tetap menolak. Kamu menyerah. Mengikutiku langkahku ke halaman belakang. Kamu membantuku menyiapkan tempat untuk membakar.
Kita menghadap api yang menyala-nyala. Aku mulai membuka kotakku lagi. Seharusnya aku membakarnya langsung tapi aku memilih untuk membuka dan membakar semua yang ada di dalamnya satu per satu. Aku pun merobek selotip yang baru saja kupasang.
Kamu lancang. Kamu mengambil salah satu di dalam kotak tanpa kuminta. Sebuah album foto besar kamu buka lembar demi lembarnya. Kamu terkejut kemudian menatapku dalam-dalam, 'Selama ini kamu masih menyimpannya?'
Aku tidak menggubrismu. Aku mencoba melemparkan sebuah buku ke dalam api. Kamu menahannya. Kamu mengenali buku itu.
'Kenapa? Apa aku berbuat salah kepadamu yang tidak aku sadari?' tanyamu dengan khawatir setelah melihatku mencoba membakar semua kenangan-kenangan tentangmu.
Aku diam, menatap kedua matamu dalam-dalam dan berkata dalam hati, 'Bagaimana aku dulu bisa sering menyangkal diriku sendiri kalau aku mencintai si pemilik kedua mata yang teduh ini? Bagaimana aku dulu bisa menyesali segala hal yang kulakukan padahal akhirnya tidaklah sia-sia?'
Aku berbalik, melanjutkan niat melemparkan semuanya ke dalam bara api. Karena kamu butuh penjelasan maka aku beri. Bahwa kotak itu berharga. Aku tidak dapat membaginya dengan siapapun di dunia ini sekalipun anak-anakku, bahkan jika calon Raja Inggris berniat membelinya dengan seluruh dunia aku tidak akan menjualnya. Aku lebih baik menghancurkannya dengan tanganku sekarang.
Kotak itu adalah kamu yang menemaniku selama bertahun-tahun, walaupun bisu tapi dia berbicara melalui apa yang tertangkap oleh kedua mataku dari segala hal yang ada didalamnya. Aku melihat dan menyimpulkan sendiri cerita yang ada karena kotak itu bisu. Tapi, kiranya begitulah kamu yang bisa kugambarkan dulu. Kamu bisu atau mungkin hanya kepadaku saja kamu bertingkah seperti orang bisu, yang jelas aku selalu menerka-nerka dan mencerna sendiri. Aku bahagia dan patah sendiri bersama skenario cerita tentang kamu yang sebenarnya kubuat sendiri.
Semua yang kumiliki dalam kotak yang kini telah dimakan api adalah perlambang kamu yang tak bisa kumiliki dan yang kupunya hanyalah semua hal yang berkaitan dengan kamu maka kusimpan semua itu. Dan bahwa sekarang kupunya kamu, lebih dari apapun yang ada di dalam kotak itu.
Kotak itu mungkin bagian dari dirimu, kotak itu mungkin kamu dalam bentuk lain. Tapi sekarang lebih menyenangkan menyentuh langsung dagumu yang kasar daripada tepi kotak yang kuibaratkan lekuk-lekukmu.
![](https://img.wattpad.com/cover/157214134-288-k979349.jpg)