7. The Wings

420 21 3
                                    

Seorang laki laki menatap langit dari balik jendela menampakkan bulan yang sendirian tanpa ditemani bintang. Ia berdiri merasakan sejuknya malam yang membelai kulitnya.

"Kau akan mendapatkan mate dimana bulan tidak ditemani bintang. Kau hanya harus menunggunya. Bulu putih dan merahnya pun akan kau lihat"

"Awalnya dia bukan matemu. Dia berbeda, tapi takdirlah yang membuatnya menjadi milikmu. Dia adalah berlian dihidupmu dan dia takkan tergantikan. Aku harap kau tidak akan melupakan nasehatku"

Ia terus memikirkan perkataan ayahnya tersebut. Ia selalu menunggu dan bertanya tanya sampai kapan ia harus menunggu pasangannya tiba. Tahun demi tahun ia lewati dan tak satupun tanda tanda matenya datang. Meskipun tak jarang bulan menampakkan dirinya tanpa bintang bintang.

Tok

Tok

Tok

"Hyung"panggil namja wajah khas eropa. Yang dipanggil pun menoleh.

"Wae kai ah?"

"Kajja berburu. Kita sudah lapar hyung"

"Ahh baiklah" kedua laki laki tersebut pun keluar dari kamar. Kemudian berjalan kearah halaman rumah.

"Hyung lama sekali. Waeyo?" Tanya namja tampan dengan eyesmile manis.

"Aku cuman memikirkan mateku"

"Lebih baik kita langsung berburu saja. Jeongin... Kau dengan ku saja"titah namja dengan senyum manisnya. Namja yang bernama jeongin pun mengangguk. Kemudian pergi ke hutan dengan salah satu saudaranya.

"Baiklah kai. Sebaiknya kau dengan jeno saja"

"Lalu hyung?"

"Aku tidak apa apa. Aku tidak akan sakit hanya karena memikirkan mateku" namja bernama kai pun langsung masuk ke hutan disusul dengan kakaknya yang bernama jeno.

Sementara namja terakhir pun masuk ke hutan dengan santai. Ia memang ingin ikut berburu tapi lebih tepatnya ia ingin melepas penat yang membayangi pikirannya.

------------------------

Nampak seorang yeoja yang marah kepada dewa di depannya. Ia mengepalkan tangannya dengan keras kemudian ia melempar salah satu bulu sayapnya ke arah yeoja di samping dewa tersebut.

Beruntungnya saat itu adalah malam hari dan salah satu dewa dan manusia biasa tersebut membelakangi yeoja yang melemparkan sehelai bulunya.

Bulu yang menempel tepat di punggung kiri manusia tersebut menancap dan membuatnya jatuh seketika dengan darah yang berceceran.

"Ahreum. Kau kena-"dewa tersebut terbelalak dengan bulu yang menancap di punggung manusia tersebut. Ia hapal betul bulu siapa yang menancap. Bulu yang berwarna sedikit merah menyala diujungnya.

Kemudian ia menoleh kebelakang dan mendapati seorang dewa yang melempar bulu tersebut sedang menatapnya sengit. Begitu tak bersalahnya dia membunuh seorang manusia dengan bulunya.

Aturan bagi para dewa yang membunuh dewa lain atau makhluk lain dengan bulu sayapnya sendiri adalah sebuah pelanggaran yang fatal. Karena bulu sayapnya sama dengan menantang nyawanya sendiri.

Jika ia tak ingin meninggal di alam dewa. Ia harus menebusnya dengan menjadi manusia yang memiliki sayap. Agar ia malu dengan dirinya sendiri. Dan konon jika hal tersebut terjadi maka sayap tersebut takkan hilang sampai kapanpun kecuali ia memotongnya atau seseorang bisa menerima dirinya dan menjadi bagian dari hidupnya.

Random ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang