Bagian 6

75 13 0
                                    

Selamat membaca! :)

**

Adakah rumus untuk menembus pikiran seseorang? Jika ada, tolong beritahu aku. Sesulit apapun rumusnya, akanku temukan jawabannya. Karena aku ingin tahu, apa isi pikiranmu? Aku kah?

-Rindi Ramadani

**

Sudah 3 hari sejak Ririn sakit, kini ia bisa kembali bersekolah. Dengan catatan tidak boleh melakukan segala aktivitas yang bisa membuatnya kelelahan berat.

"Ririiiiiin! I miss you!" ujar Diva seraya memeluk Ririn yang baru memasuki kelas.

Ririn yang dipeluk hanya terkekeh melihat tingkah Diva.

"Baru sembuh tuh, kasihan Ririnnya," peringat Hofifah kepada Diva.

Akhirnya mereka melepaskan pelukan. Dan berjalan ke arah tempat duduk yang masih berbentuk letter U, itu.

Ririn membayangkan, berharap pas datang ke kelas, ada seseorang yang menanyakan keberadaan ia selama ini. Mengapa selama tiga hari ia tidak masuk sekolah. Tapi semua itu hanya harapan Ririn semata. Nyatanya orang yang diharapkannya untuk menanyakan itu semua, sekarang tidak ada di kelas.

"Nyari siapa, Rin?" tanya Diva saat mendapati Ririn celingukan di dalam kelas. Matanya selalu mengawasi setiap anak yang masuk, atau sekedar lewat dan mengintipnya di balik jendela.

Ririn menggelengkan kepalanya, "Nggak kok. Cuma... gue ngerasa, ada yang beda sama suasana kelas hari ini."

Kemudian Diva hanya mengangguk tanda mengerti. Untungnya gadis itu tidak terlalu penasaran dengan apa yang Ririn ucapkan.

Ririn melihat ke arah kursi di sebelah kanannya. Sudah hampir pukul 07.00, namun kursi itu masih kosong juga? Kemana dulu anak itu sebenarnya?

"Abi, makasih ya, kamu udah mau nemenin aku ke kantin," ujar seseorang memasuki ruang kelas, membuat Ririn mengalihkan pandangan padanya.

Terlihat Abi yang menganggukkan kepala. Lalu menyuruh gadis itu untuk duduk ke tempatnya. Sedangkan ia melangkah ke tempat duduknya sendiri, membuat Ririn segera menundukan pandangan dan pura-pura mencari kesibukan.

Saat melihat Abi hendak berjalan ke tempat duduknya. Ririn tidak bisa untuk menatap ke arah cowok itu. Ia terus menundukkan kepala. Badannya serasa melemas. Jantungnya seperti berpacu lebih cepat dari biasanya. Perasaannya serasa memanas. Apa yang sebenarnya terjadi dengannya?

Ririn mendengar suara kursi di sebelah kanannya bergeser, yang memberikan tanda bahwa Abi sudah duduk di kursinya. Saat itu juga, Ririn mengangkat pandangannya, langsung ke arah Hofifah.

"Fifah, anter gue ke toilet yuk!" ajaknya.

Hofifah mengerutkan keningnya. Namun tak urung, akhirnya ia mengangguk juga. Bersedia mengantar Ririn ke toilet.

About Him, AbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang