Bagian 10 (A)

105 8 2
                                        

Selamat membaca!

**

Cinta itu rumit. Diungkapkan membutuhkan keberanian. Dipendam membutuhkan pendirian.

**

Pagi ini Ririn sudah siap dengan pakaian PRAMUKA-nya. Ya, hari yang ia nantikan akhirnya tiba. Berkemah dan tidur bersama teman satu kelompoknya, mengikuti kegiatan mencari jejak, mengumpulkan sandi-sandi yang ada di sepanjang rute menuju finish, mengikuti setiap lomba yang diadakan oleh panitia, senam bersama, dan pastinya yang ditunggu-tunggu oleh semuanya adalah malam api unggun, di mana lagunya akan diputar dan terdengar oleh semua peserta PERKAJUSA, terlebih dengan adanya pawai obor yang dibawa beberapa panitia yang nantinya akan mengelilingi tumpukan kayu di tengah mereka, seraya mengucapkan Dasa Darma. Ah, Ririn tidak sabar untuk menyaksikan itu semua. Semoga ini berjalan lancar dan sesuai harapannya. Semangat!

Satu hari sebelum kemah, Ririn hampir baper karena Abi. Cowok itu dengan tiba-tiba menawarkan jasa untuk memasangkan tenda padanya. Tentu saja Ririn menerima tawaran itu, karena memang kelompoknya terdiri dari 5 orang cewek saja dan tidak ada yang bisa mendirikan tenda di lahan yang sudah disediakan di lapangan. Rupanya oh rupanya. Ririn baru sadar jika ia satu kelompok dengan Syfa. Bodohnya Ririn tidak ingat jika ia satu kelompok dengan cewek itu. Tentu saja Abi menawarkan jasanya dengan senang hati pada kelompoknya karena di dalamnya ada Syfa.

Sebenarnya Syfa merupakan gadis yang baik, dia juga rajin dan selalu antusias saat ada kegiatan di sekolah. Ririn juga tidak bisa menjaga jarak pada cewek itu hanya karena Abi. Hellow, Abi siapa sih? Cuma seorang Abi doang!

Namun ada saja yang membuat Ririn gedek pada Abi dan Syfa. Saat pemasangan tenda, mereka---Abi dan Syfa---terlihat asik saling membantu. Sedangkan Aletta dan anggota regunya yang lain malah sibuk membuat patok yang sialnya malah kurang.

Jika kalian berpikir ini merupakan kemah dengan menggunakan tenda instan yang tinggal pasang saja, maka salah! Tenda ini biasa digunakan oleh anak PRAMUKA kebanyakan. Dengan mendirikan tenda yang terdiri dari tendanya sendiri dan ditopang oleh dua bambu sebagai tiang, satu lagi yang menjutang dari tiang satu ke tiang ke dua. Selain itu tali tenda diikatkan pada patok yang berada di samping. Dalamnya pun dialasi oleh tikar.

"Kalau udah ngerasa capek, kamu langsung izin istirahat sama panitia!" titah sang Ayah, saat ini Ririn tengah sarapan bersama, ia sampai jengah mendengarnya. Itu lagi, itu lagi!

"Iya, Ayah. Ini udah ke dua belas kalinya Ayah ngingetin aku." Ayahnya hanya tertawa. Begitulah dia sangat mengkhawatirkan anak gadisnya. "Ririn udah gede, Yah. Nggak perlulah Ayah ngawasin aku sampai gitu banget. Nanti disangka anak manja lagi." Ririn cemberut. Memang begitu nyatanya. Terkadang Diva dan Hofifah saja masih menyebutnya manja karena tidak bisa jauh dari Ayahnya. Padahal bukan itu maksudnya. Jika tidak bersama sang Ayah maka ia harus bersama siapa?

Ngomong-ngomong soal Diva dan Hofifah, Ririn tidak satu kelompok dengan mereka berdua. Ah, rasanya ada yang hilang. Sekarang Ririn hanya bersama Syfa, Vina dan tiga anak perempuan dari kelas yang lain.

Ayah Ririn mengusap puncak kepala anaknya, "Bagi Ayah kamu tetap malaikat kecil, terlepas dari usia kamu yang udah dewasa, sayang..."

Selalu, Ririn akan selalu tersenyum jika Ayahnya sudah berujar seperti itu. Walaupun Ayahnya bukan tipe Ayah yang selalu stand by untuk anaknya, namun ia pandai menentukan apa yang terbaik untuk dilakukan atau tidak.

"Ririn tau itu."

**

Mobil Ayahnya sudah berada di depan gerbang sekolah. Dari dalam mobil, Ririn dapat melihat teman-teman sekelasnya, sudah berkumpul menanti bus jemputan. Ririn segera turun dan mengampiri mereka, disusul Ayahnya yang membawa satu kantong plastik besar berisi makanan ringan untuk bekal Ririn di sana, karena sudah pasti di sana tidak ada supermarket. Sebenarnya Ririn sudah menolak, karena ia pikir akan ribet. Namun Ayahnya malah memaksa. Yasudah.

About Him, AbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang