Bagian 12 (A)

119 7 0
                                        

Selamat membaca!

**

Benar saja, semalam setelah makan dalam satu cangkir bersama Ririn, Abi tidak bisa melupakan momen itu. Bibirnya tidak berhenti tertarik membentuk garis lengkung alias senyuman. Bahkan sejak pagi ini Abi selalu tersenyum, membuat teman satu regunya keheranan. Karena biasanya cowok itu akan menunjukkan wajah kesalnya.

"Cerah bener wajah lo?" tanya Bobi.

Abi yang mendengarnya hanya terkekeh dan meninju pelan lengan cowok bertubuh gempal itu.

"Abis jadian ya?" tanyanya lagi. "Ini baru jam setengah lima loh, ke sekolah aja lo bangun jam enam lewat. Di saat yang lain udah selesai sarapan."

"Berisik!" tukasnya seraya mendengus. Segera ia memakai sarungnya dan keluar tenda untuk mengikuti shalat subuh berjamaah di mesjid. Pagi ini tidak ada acara shalat subuh di lapangan. Entah kenapa panitia mengumumkan untuk shalat bersama di mesjid yang tidak jauh dari bumi perkemahan itu.

Saat hendak berjalan menuju mesjid, Abi mendapati kain yang teronggok di jalanan beraspal. Ia segera meraihnya, ternyata itu adalah bawahan mukena. Abi membawanya ke mesjid, mungkin saja ada seseorang yang sedang mencarinya untuk dipakai sholat subuh.

Benar saja, Abi melihat Gae dan Ririn yang berjalan seraya celingukan seperti mencari sesuatu.

"Lagian kok bisa ilang sih?! Gimana kalo sebenernya nggak kebawa sama lo, terus ada di tenda? Kita pasti bakalan ketinggalan shalat berjamaahnya!" dumel Gae.

"Aduuuuuuh, bisa nggak sih, lo nggak perlu marah-marah?! Gue inget kok, jelas-jelas tadi gue pegang dua kain. Atasan sama bawahan mukenanya!"

Abi mendengar perdebatan itu lantas segera berlari kecil, menghampiri ke dua gadis yang masih celingukan sana-sini. Apalagi Ririn, yang wajahnya sudah masam karena Gae sedari tadi selalu saja mendumel padanya.

"Nyari apa?" tanya Abi. Dirinya pura-pura tidak tau bahwa mereka sedang mencari bawahan mukena. Ia menyembunyikan kain itu di belakang punggungnya.

"Kepo, lo!" ujar Ririn. Mata gadis itu kembali mencari-cari kain miliknya.

Abi yang mendengar tukasan dari Ririn hanya pura-pura tidak peduli, "Oooh yaudah." Lalu ia berjalan santai melewati kedua gadis itu seraya memamerkan kain yang dicari Ririn.

Mata Ririn melotot. Tangannya segera merebut bawahan mukenanya dari cowok itu, "Abi, ini punya gue, iih!"

"Hadeuh ... drama!" ujar Gae seraya memutar bola matanya. "Gercep, Rin!"

Tangan Ririn ditarik oleh Gae, mengajaknya untuk cepat-cepat ke mesjid. Lalu Abi ikut menarik tangannya juga, membuat langkah gadis itu tertahan.

Ririn menatap horor ke arah tangan Abi yang menggenggam tangannya, "Heh, gue abis wudhu!" jeritnya. "Lo itu ... ya ... ih!" setelah itu ia tidak peduli lagi dan meninggalkan Abi yang masih berdiam diri di pijakannya.

Lantas Abi hanya terkekeh dan berjalan tepat di belakang Ririn dan juga Gae. Tangannya tidak berhenti menggapai tangan Ririn guna menjahili gadis itu yang telah batal wudhunya gara-gara ia, membuat Ririn ketakutan setengah mati dan memilih cari aman dengan berjalan di depan Gae.

"Cowok gila!"

**

Niat Ririn untuk membeli bubur di dekat mesjid sirna seketika, saat matanya melihat penjual bubur itu yang dikerubungi banyak orang. Ia malas untuk mengantri dengan banyaknya peserta PRAMUKA yang juga menginginkan semangkuk bubur. Walaupun dalam keadaan perut lapar, sepulang dari mesjid Ririn dan Gae segera kembali ke tenda untuk berganti menjadi pakaian olahraga karena akan melaksanakan senam pagi bersama.

About Him, AbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang