It's Say : "Just Follow Everywhere I Go"

1.2K 118 42
                                    

Lily berjarak sangat dekat dengan sosok makhluk itu. Walaupun sangat dekat, sepertinya Lily bisa berlari dan pergi menjauhi makhluk itu karena makhluk itu tidak melihat pergerakan Lily secara menyeluruh.

"Ayolah, bergabung denganku. Aku tahu kamu mempunyai sihir yang begitu berbahaya," ucap salah satu dari mata itu. Bukan ... bukan matanya yang bicara. Tetapi, hanya wajahnya saja. Lily bisa melihat 'dia' yang ada di dekat Lily. Mempunyai mata yang merah menyala. Hidungnya tidak ada. Bukan, bukan tidak ada. Hanya saja hidungnya hanya sisa tengkoraknya saja. Mulutnya sobek dan tidak memiliki rahang. Darah yang mengalir dari rahang masih menetes. Untung saja, Lily tidak berada dekat dengan makhluk itu karena hanya akan membuat pakaian yang Lily kenakan bersimbah darah 'dia' yang terlihat masih segar dan menetes.

Badannya tidak berbentuk. Ia menghampiri Lily secara tiba tiba. Lily tidak tahu bagaimana ia datang dengan kaki empat seperti laba laba dan wajah seperti manusia. Kakinya berbulu. Itu yang dilihat pertama kali oleh Lily.

"Ka-ka-kamu ta-tahu he-hewan si-si-sihir?" tanya Lily tergagap. Ia sangat ketakutan akan apa yang sedang ia lihat sekarang.

"Ah, anak gadisku! Jangan bertanya kepadaku tentang mereka. Mereka hanya fiktif belaka," ucapannya dijeda. "Aku lah .... Hahahah aku lah yang membuat simulasi hewan-hewan sihir itu. Jadi, jangan berharap kamu menemukannya walau hanya satu," lanjutnya dengan tawa yang membuat telinga Lily sakit.

Setelah mencerna kalimat itu, Lily gemetar. Betapa bodohnya dia. Sekarang dia ingin menangis. Tetapi, menangis di depan makhluk ini hanya akan membuatnya terlihat lemah.

Aku akan mati. Pikirnya.

Ia berharap ada malaikat atau sesuatu yang bisa menolongnya. Mungkin seorang Adinata bisa menyelamatkan hidupnya.

***

Di kerajaan sekarang sudah pukul tujuh malam. Ya, sekarang jam makan malam.

"Di mana Lily? Di mana putri kesayangan ku?" tanya Ratu Aqua dengan wajah panik karena tidak menemukan Lily di kamar tidurnya.

Adinata bergumam, "Hm, mungkin di sedang mandi."

"Tidak mungkin!" sergah Ratu Aqua. "Ia tidak akan mandi selarut ini."

"Di mana dia?" Raja Zevis menatap Clover dengan tatapan intimidasi.

"A-aku ti-tidak tahu," jawab Clover gugup.

"Sejak pagi aku tidak melihatnya. Aku sempat ke kamarnya tetapi aku tidak melihatnya. Mungkin dia pergi ke taman," jelas Clover. Ia tidak sengaja menyebut taman di ucapannya tadi.

"Hah?! Taman?! Anakku?! Sebuah keajaiban wahai Dewa." Ratu Aqua mengucap syukur sekaligus masih tidak percaya.

"I-iya, di-dia mengajakku ke taman kemarin," jawab Clover.

"Mengapa kamu tidak memberi tahu ini sejak kemarin?" tanya Adinata dengan tatapan datar.

"Sa-saya–"

"Sudahlah Adinata, adikmu sangat banyak perkembangannya sekarang ini," potong Raja Zevis.

Adinata mengangguk-angguk pelan.

"Lalu?! Dimana Anak ku?" pekik Ratu Aqua ketika sadar kembali Lily tidak bersama mereka.

"Mungkin dia ke hutan terlarang," jawab Adinata asal. Ia hanya mengatakan apa yang ada di dalam kepalanya.

"Kalau ingin menjawab pertanyaan lebih baik dipikirkan dulu. Kamu adalah calon raja."

Adinata mengangguk malas seraya menyuap nasi ke dalam mulutnya.

"Tetapi, ada benarnya apa yang Adinata katakan," ucap Ratu Aqua.

"Ayolah Ratu, aku hanya bercanda."

Ratu Aqua tidak mendengar Adinata. Ia berdiri dari meja makan dan menuju kandang kuda. Ia menaiki kuda berwarna putih miliknya. Menuju ke perbatasan hutan terlarang untuk mencari anaknya.

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang