The Light

420 46 52
                                    

Lily terdiam melihat kedua saudara kembar ini bertengkar karena ulahnya. Hanya karena satu pertanyaan yang dilontarkan oleh Lily. Ia membuat kedua saudara ini tidak mau saling bertatapan.

"Brave."

Lily memanggil Brave dengan nada lirih. Berharap Brave bisa memaafkan kata-kata yang ia keluarkan.

Brave menghela nafas kasar diikuti bola matanya yang berputar, "aku sebenarnya tidak tahu apa maksudmu. Tapi, aku tidak suka kalau ada orang yang membandingkan aku seperti itu."

Lily yang merasa dirinya salah hanya menunduk dan tidak berani menatap Brave dan juga Ansell yang berada di depannya.

"Maaf, Brave. Aku tidak tahu kalau kalian tidak suka dibanding-bandingkan." Kini Lily semakin menundukkan kepalanya. Ia merasa telah membuat Brave dan Ansell marah besar.

Lily melirik wajah datar Brave. Apakah ia sangat marah kepadaku? Padahal, aku hanya berkata bahwa wajah dan sifat mereka sedikit tidak mirip. Pikir Lily.

Ansell terlihat diam dengan wajah datarnya. Itu sangat terlihat dari lirikkan Lily yang sudah sampai di wajah Ansell.

Mereka sama-sama mempunyai ekspresi yang sama. Apakah mereka sangat marah? Aku tidak bisa melihat ekspresi marah mereka kalau seperti ini.

Lily mendongakkan kepalanya. Pemandangan yang ia lihat saat ini adalah punggung dua orang laki-laki yang sudah lumayan jauh meninggalkannya.

Lily membelalak ketika mengetahui Ansell dan Brave telah meninggalkannya. Tanpa banyak berbicara, dia segera mengejar ketertinggalannya.

Suasana hening menyeliputi ketiga roh yang sedang berjalanan di dunia lain. Tidak tahu alasannya, dunia ini terasa sangat sepi dan tidak memiliki kehidupan.

"Kita memang sedikit tidak mirip," Ansell tiba-tiba mengeluarkan suaranya. Memecah keheningan diantara mereka. "Dari segi apapun, kita tidak ada kemiripan sama sekali." Lanjut Ansell.

Brave menghela nafas berat. Dia tidak ingin membicarakan hal ini kepada siapapun. Apalagi dengan Lily, yang baru saja dia kenal.

"Ta-tapi wajah kalian sedikit mirip, kok." Senyum terpaksa terbit di wajah Lily. Dia tidak ingin membuat hati siapapun terluka hanya karena pertanyaannya.

"Kita sudah sampai di perbatasan terakhir antara Tumescente putrescat  dengan Cexale."

Suara Brave menggema dengan intonasi lantang dan penuh penekanan. Ia tidak mau Ansell akan membongkar hal itu kepada Lily.

"Kenapa di Cexale ada pembatas seperti sihir?" Tanya Lily sambil menyentuh pembatas tersebut. Lengannya terasa kebas sesaat setelah memegang pembats itu.

"Aduh!" Dia merintih sedikit terkejut karena lengannya yang tiba-tiba saja menjadi kebas.

Brave menatap Lily penuh arti. Dia mengerti maksud Brave. Lily lalu mengangguk.

Lily langsung memfokuskan diri agar sihir putihnya kali ini bisa muncul. Dia tidak tahu pasti apakah sihirnya kali ini akan berhasil. Tapi menurutnya, mencoba tidak ada salahnya. Walaupun, terkadang kesalahannya bisa berakibat fatal.

Pupil mata Lily berubah menjadi warna putih. Begitu pula dengan tubuhnya, yang ikut tertutupi kabut berwarna putih yang sangat tebal.

"Apa yang dia lakukan?!" Ansell sedikit memekik. Dia menutup rapat-rapat bibirnya ketika menyadari suara yang ia timbulkan membuat saudara kembarnya menatap dia dengan tatapan marah.

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang