Is She Lily?

305 39 79
                                    

Seminggu terasa begitu cepat. Hari pernikahan Adinata sudah tinggal menghitung hari.

Dan sekarang ia kabur dari kerajaan seperti saat ia remaja. Sebenarnya dia sudah meminta izin, tetapi Ratu Aqua tidak mengizinkannya pergi ke luar istana untuk membagikan undangan pernikahannya bersama Xabrina ke kerajaan Heaven. Yang sudah pasti Adinata melewati hutan-hutan lebat dan juga melewati kerajaan Lovlock untuk sampai ke kerajaan Heaven.

Di wilayah kekuasaan kerajaan itu Adinata di rawat selama empat tahun semenjak ia diusir dari kerajaannya karena dituduh mencemari nama baik Abinaya, yang saat itu sedang menjabat menjadi menteri terpercaya Raja.

Adinata mengingat detik-detik kejadian Raja Zevis memutuskan hubungan keluarga ke anak sulungnya saat itu masih tujuh tahun. Membuat anaknya memiliki rasa kecewa, trauma dan rasa sakit hati yang mendalam.

"Pangeran! Apakah kau ingin mengunjugi Villalage? Kami mendapat kabar bahwa orang tua asuhmu masih tinggal di sana," ujar seorang pasukan yang berdiri di hadapan Adinata.

Wajah Adinata mendadak menjadi sumringah, "Benarkah?! Sebenarnya aku hanya akan ke Istana Heaven. Tetapi, aku harus ke Villalage terlebih dahulu."

"Baiklah Pangeran, akan tetapi, tidakkah lebih baik jika Pangeran meminta izin kepada ibu Ratu?"

"Tidak usah, di bukan ibu ku," Adinata menjeda ucapannya dan membuang tatapannya ke arah lain, seraya mengembuskan nafas berat. "Jika memang dia ibu ku, seharusnya dia membela ku saat ayah memaki ku waktu itu, namun dia tidak membela ku."

Adinata menjalankan Balkie secara cepat. Meninggalkan pasukan kerajaan Federica yang menatap terkejut ke arahnya.

Adinata menghentikan Balkie di bawah pohon yang rindang. Ia bisa menerka kalau sekarang ia telah sampai di perbatas Kerajaan Federica-Lovlock.

Ia merenungi sebentar kehidupannya belakangan ini. Terlalu banyak hal yang bisa saja membuat Adinata stress berat. Dimulai dari ia berumur tujuh tahun. Saat ia diusir dari kerajaan. Dan dibuang ke wilayah terasing di kerajaan Heaven.

Menurut dia, orang tuanya terlalu keji. Meninggalkan anak seumur tujuh tahun di tempat terpencil semacam Villalage.

Abian dan Deolinda. Pasangan suami istri yang menolong Adinata dari kerasnya dunia luar.

Kasih sayang yang mereka berikan selalu membekas di pikiran Adinata. Cara mereka menenangkan Adinata kecil yang menangis, berbeda dengan cara Raja Zevis dan Ratu Aqua menenangkan Adinata yang sudah mulai remaja.

Aku harus ke sana. Aku harus bertemu dengan mereka di Villalage.

Adinata melanjutkan perjalanan ke arah Villalage. Dia haus secara tiba-tiba di pertengahan hutan perbatasan.

Adinata lalu mencari sumber air bersih terdekat. Ia menemukan sebuah sungai. Jauh dari pemukiman warga. Mungkin karena hutan ini terlalu lebat.

Adinata turun dari Balkie. Dan mengambil air di sungai dengan kedua tangannya. Ia meneguk air itu secara perlahan.

Di kejauhan, ia melihat seorang gadis yang sedang bermain air.

Apakah dia sedang mandi? tanya Adinata pada dirinya sendiri.

Karena rasa penasaran yang besar, Adinata menghampiri gadis itu. Niatnya hanya ingin melihat wajah gadis itu. Tetapi, Adinata terpaku ketika mengintip wajah gadis itu di lebatnya semak belukar.

Apakah dia Lily?

Adinata tersenyum, dia sangat yakin bahwa gadis yang sedang dilihat olehnya adalah Lily. Cara bicaranya, gaya pengucapan setiap katanya sangat mirip dengan Lily.

Tatapan mata Adinata beralih ke arah gadis yang sedang bermain air bersama Lily. Wajahnya sangat mirip dengan Clover. Namun, cara menatapnya sangat berbeda. Orang ini terlihat tulus. Dan Adinata sangat menyukai tatapan orang itu.

Aku hampir lupa kalau aku sudah mempunyai tunangan.

Adinata menarik kedua sudut bibirnya. Membuat senyum kecil. Karena ia telah menemukan Lily. Setidaknya, Lily lebih baik di hutan ini.

Adinata tersadar, ia harus pergi ke Villalage dan Kerajaan Heaven untuk memberitahukan pernikahannya. Sehingga ia tidak bisa berlama-lama di hutan perbatasan ini sebelum malam.

Wajah Adinata seketika berubah masam. Ia mengingat tentang pernikahannya dengan Putri Xabrina.

Ia kembali ke tempat balkie dan segera menungganginya. Melesat cepat menuju  Villalage.

***

Adinata telah kembali ke kerajaan Federica. Dan kembali memilih dekorasi pernikahan untuknya. Dia sudah beberapa kali berdebat dengan Xabrina hanya karena masalah kecil. Seperti, warna, pemasangan berlian, bahkan peletakan figura keluarga juga dipermasalahkan oleh mereka.

"Aku tidak setuju," suara dingin keluar dari mulut Adinata. "Sudah ku katakan, hanya warna biru dan putih. Aku tidak ingin warna lain! Terutama warna merah muda kesukaan mu."

Xabrina mendengus, "oh, ayolah! Hanya dibagian pojok ruangan saja. Lagi pula, warna biru dan warna merah muda itu kontras!"

"Aku tidak mau. Dan tidak akan pernah mengizinkan mu mendirikan ruangan khusus merah muda di bagian pojok," Adinata menatap Xabrina dengan kesal.

Suara gelang kaki yang mendekat membuat keduanya menatap ke sumber suara. Dan menghentikan adu mulut yang sedang seru itu.

"Ada apa kalian ribut-ribut?" tanya Ratu Aqua sambil menatap ke arah Xabrina dan Adinata secara bergantian.

"Nata yang salah."

"Dia yang salah."

Jawab keduanya sambil menunjuk dirinya masing masing.

Ratu Aqua mengehembuskan nafas, "Pernikahan kalian hanya menghitung jam. Ingat itu baik-baik!"

Adinata mendengus seraya memutarkan bola matanya. Sedangkan Xabrina menunduk. Ia merasa bersalah.

Ratu Aqua bergegas meninggalkan aula kerajaan. Ia menuju ke arah dapur.

"Kau dengar? Jangan membantahku. Tidak ada warna selain biru dan putih."

"Baiklah. Aku menyerah. Tidak ada pink corner. Padahal, aku hanya meminta itu. Tidak lebih," Xabrina berjalan lesu ke bagian lain dan mengerjakan pekerjaannya.

"Apa aku terlalu egois?" tanya Adinata kepada dirinya sendiri.

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang