A Regret

1K 106 39
                                    

Ia masih duduk termenung di bawah pohon saat cahaya matahari mulai muncul. Ia hanya menelungkup kan wajahnya sambil menyesali perbuatan dirinya sendiri.

Mengapa ia tidak menunggu Clove?
Mengapa ia tidak pergi bersama Adinata?
Mengapa ia tidak izin kepada Ratu Aqua?
Mengapa ia tidak meminta pengawal?
Mengapa ia tidak memikirkan bahaya yang ada di depan matanya?

Dia hanya diam sambil menyesali semua perbuatannya yang sudah terjadi. Ia tidak bisa berpikir jernih. Ia mengutuk dirinya sendiri akan apa yang ia lakukan.

Bodoh! Lily bodoh!
Masuk ke hutan ini. Ah, apa yang aku pikirkan? Sesal nya dalam hati.

Sesekali, ia hanya memainkan elemen es yang ada di dalam dirinya. Dan, sudah ia pelajari sebaik mungkin agar bisa mengontrol es nya.

"Let it go
Let it go
Can't hold it back anymore
Let it go
Let it go
Turn away and slam the door
I don't care what they going to say
Let the storm rage on
The cold never bothered me anyway." Lily bernyanyi dengan suara yang sedikit serak. Ia melempar es nya ke salah satu dahan pohon di hutan.

"Aw! Sorry  pohon. Kamu jadi tempat aku mengeluarkan kekesalan ku," pekik Lily ketika sadar ia membuat sebuah dahan pohon hampir jatuh karena ulahnya. Sejenak ia berpikir coba saja aku punya sayap. Aku bisa terbang dan menjauhi hutan ini.

"Ah, tapi itu tidak mungkin."

"Aku lapar," Lily menggerutu pada dirinya sendiri. Ia sadar kalau ia belum makan dari kemarin siang sampai pagi. Ia berdiri lalu melanjutkan perjalanannya. Barangkali, saat di jalan Lily menemukan buah-buahan yang dapat ia makan.

Ia berjalan. Terus berjalan menyusuri hutan lembab itu.

"Ah, bahkan cahaya matahari saja takut untuk  memasuki hutan ini." Lily bergumam sambil menatap ke langit pagi yang harusnya cerah dan menyenangkan. Dan di hutan ini malah berkesan suram.

"Aku lapar." Lily mengeluh lagi sambil berjalan menyusuri hutan itu. Ia bahkan tak menemukan pohon yang bisa ia ambil buahnya. Disini hanya ada pohon jati yang menjulang tinggi dan pohon seram lainnya.

Ia tidak melihat satu-pun hewan yang berkeliaran di hutan ini. Satu satunya hewan disini mungkin hanya nyamuk dan semut.

Kalau waktu bisa diulang. Aku ingin kembali ke kastil dan mengurung diri ke kamar.

Tidak, ini bukan waktunya untuk menyesal. Aku harus kembali ke kastil. Aku harus bertemu ibu lagi. Lily bertekad dalam hati.

Ia berjalan sampai kakinya terasa tidak lagi menyentuh tanah. Tetapi, Lily tidak perduli. Dengan tekadnya yang kuat. Ia yakin ia bisa keluar dari hutan ini.

Sampai saat senja datang, tiba tiba ia menghentikan langkahnya. Ia merasa sesuatu mengikuti dirinya sampai ke sini. Lily diam terpaku di tempat. Ia sedang membuat Black Magic untuk siapapun itu.

Kresek kresek

Ia mendengar suara dedaunan yang di gesekan dengan tanah. Lily mulai membalikan badannya dan membulatkan tekad untuk menyerang sosok itu.

"Tunggu dulu!" Sosok itu memekik.

Lily memendam Black Magic nya kembali ke dalam tubuhnya. Ia membuka matanya perlahan setelah memendam Black Magic itu.

"Unicorn?!" pekik Lily tak percaya. Lily berpikir bahwa ucapan laba-laba seram kemarin hanyalah rekayasa saja.

"Iya aku unicorn, kamu bisa menaiki aku. Ayo kita akan berjalan melewati hutan ini bersama!" ajak Unicorn itu.

"Boleh, kah?" Tanya Lily tidak yakin.

"Iya, tentu saja. Kekuatan mu sama seperti Spinnekop. Tetapi, aku harap kamu tidak jahat seperti Spinnekop," jawab Unicorn sambil memendekkan tubuhnya agar bisa di capai Lily.

Who is spinnekop? Lily bertanya pada dirinya sendiri.

Lily berjalan bersama Unicorn itu.

Tak terasa ia tertidur di atas tubuh unicorn itu. Ia sangat menikmati jalan bersama Unicorn itu. Karena, kakinya yang sepertinya sudah mati rasa tidak disiksa lagi oleh Lily.

Ia terbangun dari tidurnya karena mendengar Unicorn itu memekik.

Lily terlonjak dan jatuh dari pangkuan lembut sang Unicorn.

"Aw!" Lily memekik. Hampir tidak bersuara. Entah mengapa, sepertinya pita suara Lily telah diambil oleh seseorang.

Lily sedang berjalan ke arah Spinnekop. Sosok yang kemarin membuat Lily ketakutan setengah mati.

Tubuh Lily gemetar ketika berjalan ke arahnya. Pikirannya menyuruh tubuhnya untuk berhenti. Tetapi tidak bisa. Ia berusaha membalikkan tubuhnya. Hasilnya nihil. Lily tidak bisa melakukan apa apa. Wajahnya panik setengah mati. Ia tidak tahu harus melakukan apa.

Bahkan, dia melupakan White Magic dan Black Magic yang melekat ditubuhnya.

Atuhor

Hae!
Kalian lagi apa?
669 kata niii
Hope u like :)

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang