Just Let Me In (2)

1K 109 31
                                    

"Argh!" Pekik Spinnekop.

Lily hanya tersenyum mengejek mendengar pekikan itu.

Bagaimana tidak memekik? Cahaya terang membuat matanya silau. Bahkan, jika ia melihat ke arah cahaya itu mungkin ia akan buta. Spinnekop langsung membuka ikatannya terhadap leher Lily. Setidaknya, Lily sudah bisa bernapas dengan bebas.

Ia tersenyum, "ha? what did you say let you in? hmmm I don't want to!" Lily tersenyum. Menampilkan deretan giginya yang putih dan tersusun rapih membuat orang iri pada giginya --thor, ngapain ngomongin gigi, sih?--

"Ohh, hahah... Don't lie to me, I can see your face full of fear," Spinnekop mulai membaca mantra agar Lily masuk ke dalam ketakutan terbesarnya.

"What the?!!" Tiba tiba pandangan Lily menjadi gelap.

Akh, pasti dia sudah membuat ku jatuh lagi ke perangkapnya. Sialan! Lily mengumpat di dalam hatinya. Tentu saja ia tidak berani berkata apapun karena ketakutan terbesarnya ada di depan mata.

Lily melihat Adinata menikah dengan seorang wanita cantik. Dengan dress putih dan tudung --elah thor, masak tudung--- di kepalanya. Membuat janji suci bersama Adinata.

Lily sempat berfikir, ketakutan macam apa ini? Namun ia kembali memfokuskan pikirannya untuk kembali dengan apa yang dia lihat.

Dia membawa pistol? Lily bertanya tanya di dalam hatinya karena melihat si pengantin wanita sedang menyembunyikan sesuatu di dalam dress mini-nya. Entah mengapa, biasanya dress pengantin itu panjang. Terutama, dia menikah dengan calon raja kerajaan Federica.

Apakah ia ingin membunuh Adinata? Ohh, tidak! Mimpi buruk yang terasa sangat nyata. Lily lalu mendekati si pengantin wanita itu.

Ia ingin sekali ia berkata, "Hey! Apa yang kamu sembunyikan di dalam sana?!" Tetapi kata kata itu seakan tertahan di dalam tenggorokan Lily.

Adinata adalah kakak tersayangnya. Tidak mungkin ia membiarkan Adi meninggal, bukan? Lagipula, Adinata adalah kakak yang cukup baik merawat adiknya. Walaupun terkesan agak dingin.

Setelah Lily mendekati wanita itu ia memegang pundak perempuan itu sehingga ia melihat ke arah orang yang memegang pundaknya. Lily tidak melihat begitu jelas wajah sang mempelai wanita. Yang jelas, ia membawa pistol dan siap menarik pelatuknya untuk siapa saja.

"Hei! Jangan menyentuh calon istriku Lily!" Adinata membentak Lily lalu melempar tangan Lily yang tadinya berada di atas pundak perempuan itu.

"Ta-tapi ak-aku ingin memberi tahu mu sesuatu Adi," Lily berucap dengan nada serak seakan menahan tangisnya.

Dor!

Satu peluru dari pistol itu telah mengenai kaki kiri Lily.

"Aw!" Lily memekik kesakitan sambil memegang kaki kirinya yang terkena tembakan.

Bukannya menolong adiknya. Adinata malah tertawa. Disusul oleh Raja Zevis dan Ratu Aqua. Lily malu. Bahkan sangat malu. Tidak! Ini bukan perasaan malu. Ini kecewa, sedih dan juga perasaan marah yang di campur menjadi tak karuan.

Satu air mata jatuh dari pelupuk mata Lily. Ia tidak percaya keluarganya sejahat itu kepadanya. Ia mau kasih sayang seperti dulu. Ia hanya mau buku buku perpustakaan kerajaan. Ia hanya mau kembali ke kastil dan memeluk bantalnya.

Aku hanya mengikuti kata hati ku. Dan apakah itu juga sebuah kesalahan? Andai, aku mengetahui ini lebih awal aku tidak akan masuk ke hutan ini. Bertemu makhluk aneh semacam Spinnekop dan yang paling parah adalah bermimpi seperti ini. Argh! Clover! Jemput aku.

Lily perlahan lahan membuka matanya. Di sambut oleh seringai dari Spinnekop.

"Sudah bangun? Bagaimana dunia mimpi yang aku buat? Indah, bukan?"

Lily terdiam. Dia sudah menduga ini adalah perbuatan Spinnekop sialan itu.

"Bagus... Sangat nyata," Lily berucap sambil mengambil posisi duduk.

"So please, just let me in!" Spinnekop mulai memohon. Lily yang melihat itu merasa perutnya mual. Dan, ia baru ingat ia belum makan sejak dua hari yang lalu.

"Semua yang kamu inginkan akan menjadi cerita ajaib yang pernah di ceritakan. Dan, kamu akan aman di bawah kendali ku. Jadi, biarkan aku masuk," Selesai mengatakan itu Spinnekop membuat makanan untuk Lily.---mungkin--untuk--dirinya--sendiri--. Bukan makanan yang wajar tentunya. Makanan itu adalah cicak rebus serta cacing bakar. Anehnya lagi, Spinnekop yang berbentuk laba laba itu, tiba tiba berubah wujud menjadi manusia.

Lily bergidik ngeri.

Lebih baik aku tak usah makan. Pikir Lily.

"Jadi, bagaimana tawaran ku?" Tanya Spinnekop dalam wujud manusia.
"Hmm, aku tak yakin."
"Yakinlah."

Tanpa sadar Lily menangguk.

"Kamu mau? Benarkah?" Tanya Spinnekop. Lily yang terkejut saat itu mulai menggeleng dengan kuat.

"Benarkah?!" Spinnekop mengulang pertanyaannya.

Lagi lagi Lily hanya menggeleng dengan kuat. Ia ingin berteriak, tapi pita suaranya seakan di telan oleh tenggorokannya.

Lily merasakan gelap di sekelilingnya. Ia mulai tidak bisa menggerakan tubuhnya sesuai kehendak.

Kamu sangat bodoh, Lily. Batinnya.

Tiba tiba, saat ia membuka matanya. Ia terkejut.

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang