The Golden Door

859 98 74
                                    

Lily masih berpikir antara mau memasuki pintu emas itu.

Tapi jika dia melihat sekelilingnya hanya ada pohon-pohon yang diselimuti salju.

Jadi aku harus kemana?
Masuk?
Atau tetap disini menunggu badai salju? Ukhh, pilihan ini membuat kepala ku sakit.

Akhirnya, dia memilih masuk ke dalam pintu emas itu.

Mungkin ini sebuah rumah yang tertutup salju. Lily mulai berpikir positif.

Klak.

Lily membuka pintu itu. Ia terfokus melihat ke dalam ruangan itu. Bukan sebuah ruangan. Melainkan, sebuah lorong sempit yang di dominasi oleh warna putih.

Haduh, kan bener... Mendingan mati kedinginan daripada masuk.

Lily terlalu fokus menatap ke arah depan sampai sampai tidak melihat ke arah jalan yang ia lalui.

Duk!

Lily jatuh ke dalam sebuah lubang tepat setelah ia memasuki ruangan itu.

Sialan! Sekarang apa lagi ini?!

Lily mulai mengumpat karena kekesalannya. Dan mulai menyusuri lubang yang tampak seperti lorong kecil dan gelap.

Lily mulai menyalakan kekuatan cahaya nya dan berjalan. Percaya pada dirinya sendiri tidak ada hal semacam laba laba ataupun serigala lagi di dalam ruangan gelap ini.

Tangan Lily mulai bercahaya. Dia mengendalikan kekuatannya agar tidak keluar terlalu kecil dan terlalu besar.

Mulai berjalan menyusuri kegelapan di hadapannya. Agak menakutkan mengingat umur Lily yang baru saja menginjak enam belas tahun.

Lily merasa bahwa semakin lama ia menyusuri lorong itu ukuran lorong itu akan semakin besar. Tidak terlalu besar. Tapi yang tadinya hanya bisa di lalui satu orang sekarang sudah bisa dilalui dua orang.

Lily mengehentikan langkahnya ketika melihat jalan yang ia lalui bercabang. Di tutup oleh pintu yang berbeda warnanya. Merah dan merah muda.

Lily terdiam. Masih memikirkan pintu mana yang harus ia lalui.

Merah? Merah bisa berarti darah, kan? Lalu, warna merah muda terlihat lebih menenangkan.

Ya, merah muda.

Lily membuka pintu merah muda itu secara perlahan lahan. Dan memasukinya.

Berbeda dengan lorong panjang yang ia lalui sebelum masuk ke dalam pintu ini. Lorong ini kelihatan terang. Tembok nya berwarna merah muda. Sama seperti warna pintu yang baru saja ia lalui.

Lily mulai menenangkan dirinya dan perlahan lahan mematikan cahaya yang ada di tangannya.

Lily berjalan masuk ke lorong yang lebih mirip gang itu. Berjalan dengan lurus tanpa tahu arah karena lorong ini tidak bercabang.

Di kejauhan Lily bisa melihat seseorang yang sedang berdiri. Tidak terlalu jauh dari posisi Lily berdiri sekarang.

Lily berjalan mendekat ke arah orang itu. Entah mengapa ia tidak mempersiapkan apapun untuk membela dirinya kalau kalau dia menyerangnya secara tiba tiba.

Orang itu membalikan tubuhnya dengan cepat. Dan melemparkan sesuatu kepada Lily.

"Clover!" Pekik Lily. Entah, ia memekik kesakitan atau memanggil namanya.

Clover melemparkan sebuah pistol kepada Lily.

"Ambil itu."

Lily refleks mengambil pistol yang telah berada di kakinya.

"Jangan bertanya apapun aku kesini untuk menyelamatkan mu dari dunia fana nan aneh, ini."

Lily tersentak. Siapa dia? Mengapa wajahnya dan tingkah lakunya mirip sekali dengan Clover? Apakah dia benar benar Clove? Tetapi, jelas dia bukan Clover karena Clover adalah perempuan. Sedangkan, dia adalah laki laki.

"Aku adalah saudara kembar Clover. Nama ku Brave," Orang itu berkata sambil menatap ke arah Lily.

"Aku sudah disini selama bertahun tahun yang lalu. Jadi, setidaknya aku bisa menyelamatkan mu, putri."

Brave berjalan lebih dulu dari Lily. Lily yang hanya diam seperti patung akhirnya bergerak maju dari tempatnya. Ia sudah tidak bisa berkata apa apa. Seakan akan ia bisu untuk sesaat.

Dia mengamati pistol yang ia pegang. Ia bahkan tidak tahu bagaimana cara memakainya.

"Tarik pelatuknya. Dan pistol itu akan berfungsi," Brave seakan akan bisa membaca pikiran Lily.

"Sejak kapan Clove punya saudara kembar?" Lily akhirnya bertanya pada Brave.

"Sudah ku katakan bahwa jangan bertanya apapun!" Brave menggertak Lily.

"Akh, eh... Hmm... Iya iya."

Lily lalu terdiam.

"Kamu tahu Lily? Ini semua adalah rekayasa saudari ku," Brave berucap sambil berjalan lurus. Lorong ini sepertinya tidak mempunyai akhir.

"Siapa?! Clover?" Lily bertanya karena penasaran.

"Bukan, kami empat bersaudara. Dan, kami sama sama kembar. Dua laki laki dan dua perempuan."

"Lalu siapa?"

"Dixie. Adik perempuan ku. Aku adalah kakak kedua. Kakak pertama ku namanya Ansell. Entah, dimana ia sekarang. Yang jelas, kami dibuang oleh orang tua kami. Orang tua kami hanya menginginkan Clover," Jelas Brave. Lily yang mendengar itu merasa terkejut sekaligus merasa iba.

Mereka terus berjalan di lorong yang lama kelaman menyempit.

Akhirnya, mereka berjalan merangkak agar bisa meneruskan perjalanannya.

Author.

Bakalan panjang niih kayaknya cerita Lily 😂
Next, bakal banyak adegan adegan yang mirip (ya walaupun gak mirip mirip banget sih) sama novel fearfacer karya kak Esa Khairina

Aku bukan plagiat, loh yaaa 😅

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang