A Hope

312 41 91
                                    

Adinata meraih minuman yang diberikan oleh calon istrinya. Ia masih memikirkan tentang Lily. Dan, bagaimana jika Lily benar-benar mati oleh makhluk menyeramkan itu. Dia bergidik sendiri ketika memikirkannya.

"Nata, ada apa denganmu?" tanya calon istrinya seraya memegang pundak kiri Adinata. Adinata lalu menjatuhkan tangan perempuan itu. Ia kemudian berdiri dari tempat duduknya dan menuju ke arah kamarnya.

"Kemana kau, huh?!" Bentakan Adinata terdengar lirih. Dia sedang melihat sketsa wajah Lily yang sengaja dibuat olehnya. Pada saat Adinata memiliki waktu senggang.

"Kau tahu," Adinata menatap sketsa itu seakan-akan ia sedang berbicara dengan Lily. "Aku sangat merindukanmu." Lanjut Adinata.

"Aku mencarimu kemanapun namun kamu tidak kutemukan. Dimana kau sebenarnya?!" Gumaman yang keluar dari mulut Adinata membuat seseorang yang sedang berjalan di depan kamar Adinata berhenti seketika. Dia mengintip Adinata dari celah kecil yang berada di dinding kamarnya.

Adinata sedang terduduk di ranjangnya. Menatap penuh rasa kesedihan ke arah sketsa wajah Lily.

Orang itu tersenyum miring.

Kau tidak akan pernah bertemu dengannya lagi, Nata. Batin orang itu.

"Clover!"

Seseorang memanggil Clover yang sedang mengintip di celah-celah kamar Adinata.

Clover tersentak. Ia langsung menghentikan aktivitasnya dan membenarkan poni rambutnya yang sedikit berantakan.

"A-ada a-apa Ibu Ratu?" tanya Clover dengan nada gugup dan panik yang disembunyikan oleh mimik wajah yang datar.

"Sedang apa kau?" Bukannya menjawab pertanyaan Clover, Ratu Aqua justru balik bertanya kepada Clover dengan nada menyudutkan Clover.

"Aku sedang membersihkan debu di celah-celah ini," jawab Clover dengan lancar seraya meniup-niup celah kecil itu. Clover adalah tipe orang yang tidak panik dan gugup berkepanjangan. Itulah sebab, ayahnya memilih Clover sebagai mata-mata terdekat keluarga kerajaan Federica.

Ratu Aqua mengangguk-angguk, "apakah perlu aku panggilkan pelayan untuk membantumu membersihkannya?" tanya Ratu Aqua dengan maksud baik.

"Tidak perlu, Ratu. Debu yang menempel di sini sudah hilang. Lebih baik para pelayan bekerja di dapur. Waktu makan malam sudah mulai dekat," jawab Clover sambil membersihkan gaun yang dipakainya. Berpura-pura kalau ia memang sudah membersihkan debu.

"Baiklah, kalau begitu."

Ratu Aqua melanjutkan perjalanannya yang tertunda. Ia perlahan mulai menjauh dari Clover.

Clover bernapas lega. Ia lalu mengelus-elus dadanya.

Jangan sampai aku menderita penyakit jantung hanya karena Ratu. Batinnya.

Clover menutup matanya beberapa detik dan menarik nafas dalam-dalam. Untuk menghilangkan rasa gugupnya.

Baru satu langkah Clover melangkah. Mendadak sesuatu menghalangi langkahnya untuk kembali ke kamarnya.

"Sedang apa kau disini?"

Deg!

Suara laki-laki yang begitu dikenal oleh Clover. Suara itu adalah milik Adinata. Clover menelan salivanya kasar. Berusaha senormal mungkin dan tidak gugup di depan Adinata.

"Aku habis membersihkan debu," jawabnya sambil berpura-pura membersihkan debu di tempat yang sama, lagi agar Adinata tidak curiga.

"Tempatku dibersihkan seminggu sekali oleh para pelayan. Tidak mungkin ada debu di sini," bantah Adinata dengan tatapan tidak percaya.

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang