2. Pondok Pesantren

10K 387 37
                                    


*** بسم الله الحمن الرحيم ****
🍎🍎🍎
Fadhilah Sholat Tarawih di malam Pertama :

membebaskan seorang mu'min dari dosanya seperti ketika ia baru dilahirkan ibunya.

🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇

Bulan Romadhon ... menjadi bulan istimewa untuk ummat Nabi Muhammad.
Bagaimana tak istimewa jika didalamnya Allah akan dilimpahkan pahala yang berlipat-lipat ganda untuk ibadah yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya.

Syetan dibelenggu, tak bisa menggoda manusia, pintu-pintu neraka ditutup dan pintu-pintu surga dibuka selebar-lebarnya.


"Alhamdulillah ...,"gumamku penuh syukur. Di malam pertama masuknya bulan Romadhon ini. Aku tak tertinggal untuk melaksanakan Sholat Isya' dan Tarawih berjama'ah nanti di Masjid.
.
📢📢📢📢📢📢📢📢

سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم ٣×

ربنا اغفرلناوتب عليناانك انت التواب الرحيم ٣×

.
.
.
.

Pembacaan Rotibul Haddad menggaung dari toa Masjid saat roda mobilku berhasil melewati gapura pondok, lalu memasuki halaman ndalem Kiyai Adnan. Pembacaan wirid karangan Al Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad ini rutin dibacakan di Masjid pondok sebelum masuk waktu sholat Isya'.

Segera langkahku bergegas menuju dhalem Kiyai Haji Muhammad Adnan Kamil, nama Kakekku dari jalur Abiku, Abdul Hamid.

"Assalamu'alaikum." Kuketok pintu tiga kali. Tak lama, muncullah sosok laki-laki paruh baya, telah lengkap di pundaknya tersampir surban warna hijau dengan baju koko warna putih dan sarung warna hijau tua.

Wajah teduhnya terlihat senyum merekah sembari menjawab salam. Kuraih tangan kanannya, mencium punggung tangannya dengan ta'dzhim.

"Alhamdulillah ... Rahman, cucu Kakek apa kabar?" Sembari menepuk punggungku pelan. Kakek menggiringku masuk dan mempersilahkan duduk.

"Alhamdulillah Rahman sehat Kek. Kakek sendiri pasti juga sehat kan?"

"Yah ... seperti yang kamu lihat Le. Alhamdulillah, Gusti Allah selalu memberikan waktu yang lebih banyak dengan kondisi sehat untuk dinikmati Kakekmu ini." Kami duduk berdampingan dan sejenak kakek kembali beranjak.

"Sebentar ya ... Kakek panggil Nenek kamu dulu. Dari tadi dia nungguin kamu." Aku pun hanya bisa mengangguk patuh sembari membalas senyumnya.

Hanya beberapa menit Aku duduk sendiri menikmati pemandangan yang sama sekali tak berubah sejak setahun lalu kedatangan terakhirku kemari.

Iya ... hampir setiap bulan Romadhon, Aku berkunjung ke pesantren yang telah turun menurun sampai generasi ke 5 inilah, baru kakekku yang mengasuhnya.

Aku biasanya akan menginap di sini selama sebulan penuh. Mengikuti kegiatan-kegiatan yang sama selayaknya seorang santri.
"Alhamdulillah ... Rahman akhirnya kamu sampai juga, Le." Suara antusias Nenek sudah terdengar dari arah dalam.

"Assalamu'alaikum, Nek. Gimana kabar Nenek?" Aku berdiri menyambut Nenek yang berjalan ke arahku kemudian mencium tangannya dengan ta'dhzim.

"Alhamdulillah Nenek sehat, Nak."
Kami pun lanjut duduk berdampingan dan mengobrol-ngobrol sebentar melepas rindu, menanyakan kabar mama dan papa di rumah serta lainnya.

Allahu Akbar Allahu Akbar.

"Alhamdulillah sudah adzan Le. Ayo siap-siap ke Masjid. Kamar kamu sudah dibersihin tadi."

Jodohku ... Wanita Bercadar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang