4. Berbuka Puasa

5.1K 288 18
                                    

Fadhilah Sholat Tarawih malam Ke-3
Berseru malaikat dari bawah 'arasy "Mulailah beramal, Allah telah menghapus dosa-dosa yang terhadulu".

Fadhilah sholat Tarawih malam ke-4

Baginya pahala seperti membaca semua kitab Allah (taurat, injil, zabur dan alqur'an)

🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞

Suara tilawah Al Qur'an terus menghiasi bibirku sore ini. Selepas sholat Ashar aku memilih untuk menyendiri di kamarku bertadarrus.

Menjelang maghrib ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh ummat islam yang menjalankan puasa.

Bagaimana tidak, seharian penuh menahan dahaga dan lapar hanya mampu terobati saat berbuka, saat diperbolehkannya minum dan makan sebebas-bebasnya.

Rasa syukur dan nikmat tiada terkira saat kita merasakan sejuknya tegukan air yang akhirnya membasahi kerongkongan, serta mengisi perut dengan makanan yang sedari tadi berdendang, mendemo sang pemilik perut agar segera memberinya jatah untuk dikonsusmi.

Tapi ingat. Jangan sampai berbalas dendam ya. Gegara kelaparan dan kehausan, akhirnya makan dan minum dengan lahap apalagi sampai berlebihan. selain tak baik untuk kesehatan dan juga bikin males untuk sholat tarawih akibat ngantuk melanda setelah kekenyangan.

Hal ini juga bukanlah cerminan pribadi yang baik. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda;

مَا مَلأَ ابْنُ آدَمَ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسَبِ ابْنِ آدَمَ لُقَيْمَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ فَاعِلاً فَثُلُثُ لِطَعَامِهِ وَثُلُثُ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

"Tidak ada tempat paling buruk yang dipenuhi isinya oleh manusia, kecuali perutnya. Karena sebenarnya cukup baginya beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Kalaupun ia ingin makan, hendaknya ia atur dengan cara sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya."
(HR. Ahmad, an-Nasa'i dan At-Tirmidzi).

Kubuka jendela kamar, berniat ingin menikmati senja sembari tafakkur alam. Matahari tinggal sinarnya berwarna jingga. Tak ada hawa panas menyengat lagi, karena teriknya hanya berlaku di siang tadi.

Maa syaa Allah ... indahnya langit ciptaan-Mu yaa Robb. Aku menyungging senyum seraya menikmati hamparan luasnya langit di sebelah selatanku kini berdiri.

Lain halnya di sebelah utara, kini kutangkap pemandangan para santri putra yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang sibuk memasak, ada yang sibuk antri untuk mandi dan ada juga yang sedang asyik mengobrol di teras depan kamarnya. Sedangkan Al Qur'an di tangannya telah tertutup sempurna.

Setelah beberapa menit menikmati pemandangan itu. Tanganku menutup pintu jendela, berniat hendak keluar kamar.

Kudapati Kakek sedang duduk di ruang tamu. Sebuah kitab bertengger di tangannya dan tampak fokus membaca kitab kuning yang bermana pegon jawa itu.

Menyadari kedatanganku. Suara Kakek terdengar, "Rahman ... duduk sini, Le."

Aku tersenyum. "Iya Kek." Aku pun duduk tepat di samping kakek.

Jodohku ... Wanita Bercadar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang