24 Maret 2019
09.11
Kim's House.
—
Sebelas jam sebelumnya. Joohyun sedikit berjinjit untuk bisa menyimpul dasi di kerah kemeja Seokjin. Pagi itu ia sengaja datang ke kediaman Kim untuk mengecek berbagai persiapan. Dua tahun menjalin hubungan namun ia menolak untuk tinggal satu atap sampai mereka resmi menikah.
"Kenapa Taehyung menolak datang ke pernikahan kita?" tanya Joohyun sambil tangannya tetap sibuk membuat simpul dasi.
"Si brengsek itu bilang, dia tidak mau datang jika tidak punya pendamping. Dia tidak mau terlihat menyedihkan."
Joohyun terkekeh geli. Sahabat Seokjin—Taehyung memang terkadang konyol dan kekanakan. Namun dibalik itu, Seokjin sering memuji otaknya yang brilian. Terutama ketajaman instingnya dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan kemajuan perusahaan.
Perusahaan tempat Taehyung bernaung merupakan anak perusahaan dari perusahaan keluarga Kim. Kedekatan mereka terjalin di dalam ruang rapat, di balik tumpukan berkas, layar persentasi, bahkan dalam gemerlap lampu klub malam.
Seokjin telah mempercayai Taehyung seperti saudara. Keputusannya untuk melamar Joohyun pun didasarkan pada saran Taehyung.
"Kalau itu alasannya, bagaimana jika malam ini kita kenalkan Taehyung pada Jisoo?"
Seokjin yang sejak tadi mendongak sontak menunduk.
"Jisoo?"
"Ya, Jisoo sahabatku. Jangan bilang kau lupa."
Seokjin memang mudah lupa jika menyangkut nama orang. Joohyun mengisyaratkan Seokjin untuk kembali mendongak supaya dia bisa menyelesaikan pekerjaannya.
"Bagaimana? Siapa tahu saja mereka cocok."
Tarikan simpul terakhir, namun Seokjin masih membisu.
"Seokjin."
"..."
"Sayang?"
"Hmm…"
"Bagaimana?"
"Baiklah."
Senyum cerah terlukis di bibir Joohyun. "Malam ini jam delapan?"
"Malam ini jam delapan di bar biasa."
[]