26 Maret 2019
05.40
Taehyung meringis ketika membuka mata.
Kepalanya terasa berputar hebat seakan ada godam tak kasat mata memukul berkali-kali.
Butuh beberapa detik ketika akhirnya tersadar jika sekarang ia berada di ruang boarding bandara.
Perlahan ia menoleh pada sosok cantik di sisinya. Joohyun tengah melamun dengan tatapan kosong ke arah tempat pesawat lepas landas.
Taehyung melirik arlojinya, lima menit sebelum boarding gate ditutup dan sepuluh menit sebelum pesawat lepas landas. Ia masih punya waktu untuk ke toilet.
"Joohyun…"
Yang dipanggil tak kunjung menyahut. Taehyung sedikit mengguncang bahunya pelan. "Joohyun…"
"Hm?" Joohyun menyahut parau tanpa menoleh.
"Aku ingin ke toilet sebentar. Kau tunggu di sini dan jaga tas kita."
Joohyun mengangguk samar. Taehyung melepas jaketnya beserta tas pinggang berisi dompet, paspor palsu untuk mereka berdua, beserta boarding pass.
Ia langsung mencuci muka dan tangannya begitu sampai di toilet. Bau bensin masih melekat di tangannya.
Taehyung merasa muak.
Berbicara tentang muak, ia harus menahan muak setiap kali Seokjin bebas mengecup gadis yang paling ia cintai.
Gadis yang ia pacari sejak masih duduk di bangku SMA, gadis yang ternyata memendam dendam yang sama pada keluarga Kim.
Keluarga Kim mungkin terhormat di mata orang lain, tapi di matanya, mereka adalah penjelmaan iblis yang nyata.
Keluarga Taehyung berhutang besar pada lintah darat berbalut korporatokrasi berlambang kepala naga tersebut. Jika saja Taehyung tidak cerdas, mungkin ia sudah putus sekolah karena orang tuanya telah kelihangan seluruh harta benda.
Keluarga Joohyun juga mengalami kepedihan sama. Kedua orang tua Joohyun terbunuh dalam sebuah kecelakaan aneh saat gadis itu masih berusia tiga belas tahun. Banyak pihak menduga ini adalah upaya untuk merebut perusahaan keluarga Bae yang tengah melebarkan sayapnya. Namun bukti-bukti tak berhasil membenarkan asumsi tersebut.
Sejak usia belia, mereka telah dibesarkan oleh rasa benci yang mendalam.
Bukan kebetulan jika Taehyung dan Joohyun akhirnya saling jatuh cinta.
"Ini merupakan takdir Tuhan," kata Joohyun suatu hari.
Sudut bibir Taehyung menggores senyum. Tidak sia-sia perjuangannya untuk selalu menjadi yang terbaik di sekolah hingga mendapat beasiswa dan bisa bekerja di perusahaan Seokjin. Ia sendiri kagum akan kepiawaiannya untuk mendekati sang pewaris, hingga menjadi orang yang paling Seokjin percaya.
Taehyung tersentak dari lamunannya ketika speaker mengumumkan pesawat yang akan ia tumpangi melakukan panggilan terakhir. Ia segera bergegas menuju gate di mana gadisnya berada.
Namun Joohyun tidak ada di tempatnya.
[]
Mama~~ just killed a man~~~