Duabelas

2.5K 289 8
                                    

Hampir sebulan gue kuliah. Ternyata, capek juga. Pantesan Bang Yeol setiap pulang dari kuliah pasti ngomelin gue mulu. Terus nyuruh-nyuruh gue pula. Gue jadi pelampiasan ternyata.

Gue udah mulai ada tugas dan di sini lah gue butuh uang banyak. Gak mungkin kalo gue terus-terusan minta orangtua dan Bang Yeol. Gue pengen ikut jejaknya Bang Yeol. Dia kuliah tapi disambi jualan gadget. Makanya penghasilannya lumayan. Modal yang ia dapat tuh gak semuanya minta orangtua. Dia nabung untuk modal dan setelah itu Papa tau rencana Bang Yeol dan nambahin uangnya. Bang Yeol yang awalnya jadi reseller, sekarang udah jadi owner. Selain niat yang mendasari Bang Yeol, otaknya tuh otak bisnis. Kayaknya dia salah ngambil jurusan deh.

Gue kepikiran buat jualan skincare dan kosmetik. Mungkin bakal rame. Yang gue tau kan sekarang banyak peminat kecantikan. Apalagi kalo barangnya impor.

Kelas gue hari ini selesai sore. Gak ada barengan karena Bang Yeol masuk malam hari ini. Gue bisa apa?

Keluar kampus, gue cek dompet, untung masih ada uang. Gue mau beli buku novel. Dan biasanya, gue kalo beli buku novel cari yang ori dan penulisnya cukup terkenal. Gue udah lama koleksi buku. Dan sekarang, banyak buku novel gue yang udah selesai dibaca tapi nganggur.

Sambil jalan menuju gerbang buat nungguin ojek online, gue berpikir kalo buku-buku bekas gue itu sebagian gue jual dan sisanya gue sumbangin ke perpustakaan desa. Kebetulan buku gue banyak. Setidaknya, uang hasil jualan bisa buat tabungan dasar untuk modal gue jualan nanti.

🐺🐺🐺

"Lo Isyana, kan?" Tanya seseorang yang gak gue kenal dan gue mengangguk.

"Gue mau beli buku lo yang novel itu dan buku akuntansi" Gue speechless karena seneng. Akhirnya ada yang beli juga. Untuk buku akuntansi, itu bukan punya gue. Tapi punya Papa. Katanya boleh dijual.

"Seriusan?" Tanya gue.

"Iya. Katanya lo jualan buku bekas?" Gue ngangguk.

"Besok deh, gue bawa ke kampus" Balas gue.

"Oh iya, save nomor gue biar nanti gampang ketemunya. Nama gue Clara. Fakultas ekonomi semester 6" Gue langsung mengambil ponsel dan mengetikkan namanya beserta nomornya di kontak gue.

"Oke, pesan dari lo udah masuk. Besok kita ketemuan" Katanya.

"Oke. Makasih ya. Oh iya, gue mau nanya, Kak. Lo tau gue jualan buku bekas dari mana, ya?" Tanya gue.

"Dari si Ss—”

"Lo Isyana yang jualan buku bekas itu, kan?" Gue noleh. Waw ada yang beli lagi.

"Gue pengen beli koleksi novel lo" Makin speechless.

"Ini beneran?" Tanya gue.

"Iya, serius gue. Buat bahan referensi soalnya" Jawabnya.

Gila, gue seneng banget. Masa cepet banget sih banyak yang tau? Gue bukannya ngeluh atau malah gak terima. Tapi gue heran aja gitu. Gue mah bersyukur banget seriusan.

"Besok semua bukunya gue bawa deh" Kata gue bahagia.

🐺🐺🐺

Esoknya...

"Gimana? Udah?" Tanya Sehun.

"Ini bukunya" Ujar Clara.

"Dan ini, gila banyak banget koleksi bukunya. Dia tadi cerita kalo ini udah sebagian bukunya. Mantap itu anak"

"Makasih ya semuanya. Oh iya, uangnya gue ganti. Semuanya habis berapa?" Tanya Sehun.

"Kalo gue cuman habis 120 ribu sih" Jawab Clara.

"Kalo gue, habis 285 ribu. Lumayan sih ini"

"Gue ganti, nih uangnya" Sehun memberikan uang kepada dua orang itu.

"Makasih, Hun. Oh iya, gue mau nanya. Kenapa lo mau beli semua buku ini?" Tanya Clara.

Sehun terlihat kebingungan. Namun akhirnya ia menjawab, "Gue mau kasih buku-buku ini buat disumbangin ke perpustakaan di pelosok desa yang jauh dari sentuhan orang kota". Walau alasan itu bukan dasar dari segalanya yang ia lakukan.

"Oh, gitu. Ya udah, makasih loh ya"

Sehun tersenyum. Ia tersenyum karena senang melihat gadisnya bahagia.

Kak SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang