Empatpuluhlima

1.8K 183 9
                                    

Suasana Perusahaan Halim Company hari ini seperti biasanya. Banyak pegawai yang sibuk dan berjalan ke sana-ke mari untuk mengurus berkas atau tugas mereka masing-masing.

Isyana dan Sekretaris Jung, mereka sama-sama sekretaris, namun tugasnya lebih berat Sekretaris Jung. Isyana hanya mendampingi Sekretaris Jung dalam setiap pertemuan selama Sehun tidak ada.

Sudah 3 hari, Sehun berada di London. Tidak ada kabar sama sekali yang bisa diterima Isyana tentang Sehun. Isyana selalu menghela nafas apabila memikirkan Sehun. Ia tahu, Sehun adalah sosok yang misterius dan sulit ditebak. Ini bukan pertama kalinya ia mengenal Sehun. Sudah sejak lama ia mengenal Sehun.

Ia pikir, Tuhan bisa memisahkannya dari sosok Sehun Halim Perdanakusuma. Namun nyatanya, dunia terasa sempit. Apa ia hanya bermain di situ-situ saja? Atau memang Tuhan sengaja meletakkan dirinya di sekitar sosok Sehun? Isyana yakin, semuanya memiliki alasan tersendiri.

Belakangan ini, Isyana sering tidak fokus dalam pekerjaannya dan sering melakukan kesalahan. Padahal, ia termasuk karyawan yang profesional dalam pekerjaannya. Tidak ada yang menyangka, apabila seorang yang profesional bisa melakukan banyak kesalahan saat ia diserang banyak konflik kehidupan.

"Isyana, kamu sakit?" Tanya Sekretaris Jung yang berada di sebelahnya.

Isyana menggeleng pelan, "Enggak, kok" Ujarnya.

"Tapi, kamu belakangan ini sering ngelamun dan pekerjaan kamu sering ada perbaikan" Lanjut Sekretaris Jung khawatir.

"Lagi gak fokus ini"

"Lagi banyak masalah?" Tanya Sekretaris Jung.

"Enggak, kok" Jawab Isyana bohong.

"Semangat kerja, dong!!" Ujar Sekretaris Jung menyemangati.

Suara langkah kaki menghampiri meja mereka. Isyana dan Sekretaris Jung menoleh dan mendapati seorang perempuan cantik yang ditemui Isyana beberapa hari yang lalu.

"Maaf, data pemasukan dan pengeluaran perusahaan baru saya serahkan hari ini" Ujar perempuan itu.

"Ah, tidak masalah" Balas Sekretaris Jung.

Perempuan itu menoleh, menatap Isyana lalu tersenyum. Namun, bukan senyum tulus. Isyana sendiri tidak suka senyum itu. Ia hanya membalas dengan senyuman singkat.

"Hai! Lo yang waktu itu di tempat makan pecel lele dan bebek goreng di pinggir jalan itu, kan? Ternyata, kita satu kantor" Ujar perempuan itu terdengar ramah.

"Eh, iya. Gak nyangka, ya" Balas Isyana tak kalah ramah.

"Dan posisi lo di atas gue lagi" Ujar perempuan itu lagi. Isyana hanya tersenyum.

"Oh iya, kita belum sempat kenalan. Gue Irene Jovani. Nama lo siapa?"

"Isyana Ayuningtyas. Panggil aja Ana biar gampang"

"Oh, salam kenal Ana!"

"Salam kenal juga!"

"Kalian ini, udah pada dewasa tapi kenalan aja masih sama seperti anak TK" Cibir Sekretaris Jung sambil terkekeh.

"Biarin" Balas Irene.

Setelah ini, mereka akan saling berbincang dan bertemu. Kedekatan mereka memang terjadi dalam waktu yang singkat. Isyana menerimanya dengan baik. Walaupun ia tidak tahu, Irene sering memberi kode jika sebenarnya ada maksud yang lain dalam usahanya berteman dengan Isyana.

🐺🐺🐺

Hari ini, Isyana terpaksa lembur. Ia harus mengurus banyak data yang masuk dan butuh diperiksa. Bahkan ia harus memperbaiki kesalahannya dalam pekerjaan yang ia lakukan tadi.

Sekretaris Jung sudah pulang. Tersisa dirinya sendiri di sini. Ini sudah pukul 6 sore. Kota sudah mulai gelap dan setiap koridor kantor diterangi lampu. Karena Isyana sendirian di sana, ia sedikit takut. Siapa tahu aja roh halus yang mengganggunya.

Isyana yang sedang terfokus mengerjakan tugasnya, tiba-tiba sedikit terganggu dengan suara langkah kaki yang menghampirinya. Detak jantung Isyana berdegup lebih kencang karena takut. Namun, setelah terdengar suara orang berbincang-bincang, ia berani menoleh dan mendapati seorang perempuan cantik dan menawan. Tubuhnya langsing dan tinggi. Sangat idaman. Pakaian dan barang yang dibawa perempuan itu bukan sembarang merek. Bodyguard di belakang perempuan itu semakin memperkuat pemikiran Isyana bahwa perempuan itu bukan sembarang orang. Ia pasti orang penting.

Wajahnya bagai malaikat. Isyana mengaku, jika ia kalah cantik.

"Kamu Isyana?" Tanya orang itu. Isyana mengangguk kikuk.

"Bisa buka pintu ruangan milim Sehun?" Tanya orang itu lagi.

"Tapi, anda ada urusan apa, ya? Tuan Sehun sendiri sedang tidak berada di tempat" Jawab Isyana.

"Oh, astaga. Saya lupa memperkenalkan diri. Perkenalkan, saya Yoona Jane. Putri dari rekan kerja ayahnya Sehun. Dan saya yang akan dijodohkan dengan Sehun" Ujar Yoona memperkenalkan diri.

Isyana tersenyum getir. Hatinya sedikit tergores. Rasanya sedikit sesak untuk bernafas. Ia berhadapan dengan calon dari kekasihnya. Ia semakin yakin, jika Sehun mengiyakan perjodohan ini.

"Saya ingin berbicara sesuatu dengan kamu" Lanjut Yoona.

"Baik, akan saya buka pintu ruangan ini" Balas Isyana lalu menekan tombol-tombol angka untuk membuka pintu. Setelah pintu terbuka, Isyana mempersilahkan Yoona masuk ke dalam.

Yoona langsung duduk di sofa tamu. Disusul dengan Isyana. Para bodyguard milik Yoona berdiri menjaga ruangan dari luar dan satu di dalam.

"Saya tahu kamu siapa. Sehun sudah banyak cerita kepada saya tentang kamu" Ujar Yoona membuka topik pembicaraan. Isyana hanya diam mendengarkan.

"Kamu kekasihnya Sehun, kan? Beruntung sekali kamu ini bisa mendapatkan kekasih seperti Sehun" Celetuk Yoona tiba-tiba.

"Beruntung?" Tanya Isyana bingung.

"Iya, beruntung. Sehun itu laki-laki yang tampan, kaya, pintar dan begitu mencintai apa yang ia miliki. Dia sangat mencintaimu, Na. Seandainya saja, aku yang berada di posisimu. Aku tidak akan melepaskan Sehun. Sedangkan kamu? Membiarkannya begitu saja"

"Saya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan anda, Mrs. Yoona" Balas Isyana.

"Semua tidak dinilai dari luar saja, Isyana. Karaktermu lah yang membuat hati Sehun luluh"

Isyana hanya tersenyum.

"Tapi anda yang akan bersanding dengan Kak Sehun nanti" Ujar Isyana.

"Eittss, siapa bilang? Saya di sini akan meluruskan semuanya. Sehun sudah meluruskan semuanya dengan ayahnya dan saya juga sudah membatalkan perjodohan ini. Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan Sehun dan ayahnya yang berada di rumah sakit. Tapi, di sini, saya sudah jelas tidak akan menyetujui perjodohan ini"

"Sehun mencintai kamu, dan itu sebabnya saya tidak setuju dengan perjodohan ini. Saya tidak ingin menikah dengan pria yang mencintai perempuan lain" Lanjutnya.

"Ayahnya Kak Sehun, kenapa berada di rumah sakit?" Tanya Isyana.

"Biasa, sakit tua. Beliau sudah lama masuk rumah sakit. Kondisi kesehatannya semakin menurun. Mungkin, orang lain akan berpikir jika Sehun anak durhaka karena membantah keinginan ayahnya. Padahal, aku yang akhirnya tidak setuju" Jelas Yoona.

Isyana hanya mengangguk paham.

"Ya sudah, aku ingin pulang. Hanya itu yang ingin aku bicarakan denganmu. Aku pamit" Kata Yoona pamit lalu keluar dari ruangan ini.

Isyana tersenyum. Ia senang. Sehun akan kembali untuknya, bukan untuk orang lain. Ia semakin rindu dengan Sehun. Ia tak sabar menanti kedatangan Sehun.

Isyana memang sedang jatuh cinta.
Tapi Isyana berbeda. Saat ia sedang jatuh cinta, ia tetap menjadi dirinya yang sulit menjadi sosok yang romantis dan melankolis. Hanya jantung yang berdetak kencang di suatu kondisi dan rasa bahagia yang menemaninya.

Ia senang.

Ya, kesenangan sejenak memang tak ada artinya. Masih ada lagi yang akan menghantam Isyana begitu jauh.

Kak SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang