Isyana baru saja memandikan tubuh Guanlin. Seperti pagi biasanya. Bedanya, pagi ini Isyana tidak berangkat bekerja karena bukan jadwal masuknya.
Guanlin sudah tampil rapi dan keren menurutnya. Isyana membereskan perlengkapannya.
"Bun, Guanlin ganteng, kan?" Tanya Guanlin.
"Jelek" Jawab Isyana asal.
"Bunda tuh jelek" Balas Guanlin membuat dirinya mendapat pukulan pelan dari sang bunda. "BUNDA KOK JAHAT SIH??" Katanya.
Isyana sudah berada di dapur dan Guanlin masih mengikutinya. Ia sedang memegang pisau untuk memotong daun bawang.
"Kau itu jahat" Balas sang bunda.
"BUNDA MAU BUNUH AKU YA???"
"KOK BUNUH KAMU?"
"ITU PISAUNYA BUNDA"
"Bunda mau potong ini"
"Oh, gitu"
"Anak Bunda kenapa kayak TOA mobil perabotan rumah yang sering lewat itu, ya?" Gumam Isyana. Ia lupa diri kalau dirinya sendiri tidak jauh TOA-nya.
"TOA itu apa, Bun?"
"Klakson mobil" Jawab Isyana asal. Karena Isyana malas meladeni Guanlin.
Kejadian kemarin masih terngiang-ngiang di kepala Isyana. Pertemuannya dengan Sehun. Lagi dan lagi. Ditambah kehadiran Guanlin membuat dirinya semakin pusing karena ia yakin Sehun pasti tetap mencarinya jika masih peduli.
"Bun, kemarin itu siapa, ya?" Tanya Guanlin.
"Siapa?"
"Yang manggil nama Bunda. Yang bawa tutup pulpen aku"
"Oh, orang gila"
"Orang gila kok ganteng"
"Terserah kamu, Lin" Balas Isyana.
"Bunda mau masak apa?" Tanya Guanlin lagi.
"Telur dikasih daun bawang, bawang merah, dan lain-lain" Jawab Isyana.
"Telur aja?"
"Bunda lagi gak bawa uang banyak, Lin" Balas Isyana.
"Iya. Guanlin sayang Bunda. Aku mau nonton TV. Daa"
"Jangan lari-lari!"
Guanlin tetap berlari menuju ruang depan dan menyaksikan tayangan kartun kesukaannya.
Isyana nyaris menangis saat Guanlin menanyakan insiden kemarin.
"Dia ayahmu, Lin. Ayah kamu" Gumam Isyana bermonolog sambil menangis.
🐺🐺🐺
"Bunda lagi ngapain?" Tanya Guanlin tiba-tiba.
"Lagi kerja, nih" Jawab Isyana.
"Yah, kerja lagi. Gak di rumah, gak di luar nanti. Bunda kerja mulu"
Memang benar kata ibu pengurus tempat penitipan anak itu. Guanlin tergolong cerdas untuk ukuran usianya saat ini.
Isyana menghentikan sejenak pekerjaannya lalu menatap Guanlin.
"Kalau Bunda gak kerja, nanti Guanlin gak bisa beli jajan lagi, beli susu, beli bubur" Ujar Isyana.
"Iya"
"Maafin Bunda, ya. Tapi Bunda sayang sama Guanlin, kok" Ujar Isyana lagi.
"Guanlin juga sayang sama Bunda" Guanlin memeluk Isyana hangat. Pelukan anak.